Wednesday, March 10, 2010

ada yang punya resep untuk mengobati masalah ketidaktelitian... **minta dong...

[Perjalanan] Inspirasi Travelling (Buntok)

Akhirnya selesai juga tugas dinas ke luar daerah sekaligus travelling pendek saya, alhasil menambah satu lagi notes (perjalanan) saya yang sempat kosong beberapa hari.

Walaupun perjalanan kali ini, tidak terlalu mengesankan seperti perjalanan ke Jogja, Jakarta dan kota-kota lainnya. Setidaknya notes ini menjadi rekaman dan memorabilia di Album perjalanan hidup saya.

Buntok, tak sempat terpikir dan terbayang rupa dan pesona kota ini. Abstrak gituh, menguatkan saya untuk menjejakkan kaki di kota kabupaten Barito Timur Kalimantan Tengah ini.

Kurang lebih (t) : 8 jam perjalanan (darat) waktu yang diperlukan dari Banjarmasin menuju ke kota ini. Melewati beberapa kota penting lainnya seperti Banjarbaru-Martapura-Ranta
u-Kandangan-Pantai Hambawang-Amuntai-Kelua-Tamiyang Layang-Ampah hingga sampai di salah satu kota pemekaran ini.

Didalam mobil bersimbolkan hewan hutan yang larinya gesit dan tanduknya banyak ini, saya ditemani driver plus Supervisor tempat saya bekerja. Beberapa saat kami bertiga membicarakan masalah dan misi kami bertiga ke kota ini. Walau akhirnya kami berdua tidak termasuk driver dikalahkan oleh kebiasaan yang dinamakan ngantuk.

Demi membunuh kebosanan diperjalanan, musik berformat mp3 menjadi obat yang ampuh dan efisien sebagai imun sekaligus teman menikmati sisi-sisi kota yang terlewati.

Kecepatan Kijang kami berlari (V) rata-rata 80km/jam, hitungan sudah termasuk mampir untuk shalat, makan, mengisi bahan bakar dan jalanan macet.

Maka jika dihitung dengan menggunakan formula fisika:

S = V x t



Dimana:

S adalah jarak
V adalah kecepatan rata-rata
dan t adalah waktu yang kami tempuh,

Sehingga

S = 80 km/jam x 8 jam
S = 640 km

Jadi jarak yang kami tempuh sekitar 640 km, (Wew, akurat ngga ya???)

Dalam perjalanan ini, banyak sekali pelajaran dan pengetahuan yang saya dapat. Dan yang paling berkesan adalah saya baru tahu seperti apa rupa dari pohon buah langsat (buah seperti duku) itu.
Waaa…malu-maluin nihhh…hehe

Dalam perjalanan melewati perbatasan Kalimantan Selatan dengan Kalimantan tengah, beberapa kali saya melihat beberapa pasar tradisional, dan yang paling mencolok adalah nomor plat kendaraan daerah kalsel masih dominan berkeluyuran di daerah yang sudah masuk zona territorial Kalteng.

Menurut sumber yang terpercaya (warga yang sudah tinggal didaerah ini lebih dari 25tahun), masyarakat yang mendiami kota ini mayoritas para pendatang. Pedagang dari Amuntai, Tanjung dan Barabai sangat dominan memberikan poin tertinggi dalam diagram batang yang ada di BPS setempat. Wew, pantas saja beberapa kali saya mendengar percakapan mereka dengan logat yang khas….(pasti diantara kalian mengenal logat ini, hehe). Sedangkan minoritas lainnya kota ini dihuni oleh warga asli rakyat Kalteng yaitu dayak.

Oleh-oleh lain yang saya dapatkan adalah buah seukuran biji kopi mentah, berwarna merah hati tetapi isi dan rasanya seperti buah rambutan dan buah lengkeng. Hanya saja ukuran buah ini lebih kecil, rasa dan aromanya 90 % rambutan/lengkeng.

Ini kali pertama bagi saya melihat, dan mencicipi buah yang kata kebanyakan orang disini adalah buah hutan yang hanya ada di Kalimantan Tengah. Weww…amazing…satu lagi keanekaragaman hayati dan masuk dalam flora yang dilindungi karena kuantitasnya yang hampir punah.

Menyenangkan sekali karena beberapa “list” daftar tujuan/target travelling saya mengelilingi Borneo terpenuhi. Kalimantan Barat, Indonesia dan dunia masih dalam rencana tujuan travelling saya berikutnya.

Mudah-mudahan Allah memberikan jalan untuk Hamba-Nya

“Allahumma zidna ilman warzuqna fahman..”

Ya Allah, tambahkan ilmu kami, dan anugerahkan pemahaman kepada kami..

***

Berbagi inspirasi travelling untuk menuntut ilmu, menambah wawasan dan Beribadah.

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam dikampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelah lah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika didalam hutan


Imam Syafii

09032010 at 10:25pm

Wednesday, March 3, 2010

[Cerita] Kehilangan

Pernah kah kalian merasa kehilangan sesuatu yang menjadi-jadi. Seakan tak ada gairah hidup atau mau mati saja sekalian. (lebay bangett). Kehilangan sesuatu yang menurut kita adalah sesuatu yang berharga. Padahal sesungguhnya segala sesuatu yang ada didunia ini bukan milik kita.


Bercermin pada seorang petugas Parkir yang memiliki banyak mobil, namun dia tak sedikitpun merasa kecewa apabila mobil yang dititipkan kepadanya diambil kembali oleh sang pemilik sesungguhnya.


“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.”
[QS: An-Nisaa, 131]


Saya pernah mendengar cerita teman saya, tentang sebuah benda kesayangannya yang hilang.
Sebut saja nama benda kesayangannya tersebut “Handphone”. Benda yang selalu menemaninya setiap saat, setiap waktu. Handphone ini begitu berharga baginya. Karena memang harganya selangit dan merupakan gadget terbaru dan tercanggih di zamannya. Membutuhkan kerja keras dan waktu yang lama untuk bisa membeli HP canggih ini.

Fitur, dan model memang membanggakan dan nilainya sarat gengsi untuk menarik perhatian orang. Mendapatkannya pun tak bisa disembarang tempat seperti toko-toko pinggiran jalan. Memerlukan pengorbanan dengan menaiki burung besi melintas benua, menyebrangi lautan untuk sekedar mendapatkan barang ukurannya tak lebih dari kotak kosmetik wanita.

Pernah saya tawarkan untuk membeli handphone tersebut kepadanya, tapi dengan tegas dia menolak. “Walaupun menjual rumah dan seisinya yang kamu punya pun takkan sanggup membeli Handphone ini” dengan penuh ketegasan dia menyampaikan.

Sombong bangettttttt. Dalam hatiku

Saking sayangnya dia dengan handphonenya tersebut, pernah saya lihat baterai dan casing dalamnya pun di tempeli stiker yang bertuliskan data dirinya lengkap berikut nama dan alamat serta nomor yang bisa dihubungi.

Dengan sedikit ragu saya pun bertanya:

“Buat apa ditempelin biodata diri di handphone mu boi??? Kayak ngga ada kerjaan aja”.

“Jika suatu saat Handphone kesayanganku ini hilang, saat orang yang menemukan atau mengambilnya membuka hp ini untuk mengganti kartu. maka alamat ini berguna baginya mengetahui identitas pemilik untuk mengirimkan kembali kepadaku”.
Dengan optimis dijelaskannya padaku.


(*menggunakan bahasa dan percakapan sehari-hari yang tak baku. **boi: nama panggilan kepada sahabatku)


***


Saat makan siang, terlihat wajah pucat dan kesal membungkus wajah oval teman saya. Terlihat seperti tak mau meneruskan hidup alias tak bergairah.

Hari itu saya tak beranikan diri untuk bertanya tentang keadaanya.

Berhari-hari dia tampak lesu dan tak bergairah, meyakinkan saya untuk segera bertanya dan membantu jika ada masalah yang menimpanya. (karena saya memang teman baiknya)



Dan benar dugaan saya, ternyata handphone kesayangannya hilang.
Ketinggalan di sebuah rumah makan, saat dia “having fun” dengan teman-teman SMUnya. Sebelumnya pamer kepada semua orang disekitar rumah makan.

Dengan yakin ia mengatakan:
“Lihat saja hp itu pasti kembali kepadaku, karena telah kutinggalkan identitas dan alamat lengkap rumahku”.


***

Satu minggu menunggu, ternyata dia menerima SMS dan sebuah paket kiriman yang kebetulan datangnya bersamaan.

Saat dia buka sms dari nomor yang tak dikenal dan isi pesannya sama persis dengan isi dari paket berupa selembar kertas.

Dengan cepat dia baca isinya:

“Terima kasih ya, handphone gratisnya”


“Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya).”
[QS: Yunus, 55]



03022010 at 5:28pm

Inikah gambaran negaraku... memperdebatkan masalah yang tak memberikan solusi.. kalau melihat yang demikian jadi pesimis (lagi) tentang bangkitnya Ibu pertiwi