Wednesday, October 27, 2010

The Palace of Illusions

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Other
Author:Chitra Barnejee Divakaruni

Palace of Illusions atau istana khalayan, sekilas tak tampak cerita apa dibalik buku ini. Mungkinkah ini hanya cerita khayalan, Legenda, dongeng atau cerita fiksi yang kadang bikin pusing memvisualisasikan deskripsi penulis. Entah lah?? Siapa dan mengapa diciptakan istana khayalan tersebut menjadi tanda Tanya besar dalam benak saya. Setelah mengamati nama penulis dibagian bawah cover buku dan membaca kutipan cerita pada cover belakang, baru saya bisa menebak-nebak cerita tentang apa.

Chitra Banerjee Divakaruni, seorang penulis dari India, menceritakan kembali historis Mahabrata, namun cerita dikisahkan dari sudut pandang seorang wanita yang menjadi tokoh sentral dalam keseluruhan kisah Mahabrata. Yaitu Panchali atau lebih dikenal dengan Drupadi, putri yang terlahir dari dalam api, putri seorang raja bernama Drupada.

Beberapa puluh tahun yang lalu, saat saya kecil - sekitar kelas 1 SD - cerita Mahabrata di tampilkan pada layar kaca, tepatnya di televisi milik negara. Namun saat itu saya tidak begitu mengerti apa dan bagaimana jalan ceritanya. Beberapa adegan yang saya ingat hanya: saat Arjuna melepaskan anak panah yang kemudian berubah menjadi berbagai bentuk karena ilmu yang dimilikinya. Ada lagi adegan perempuan yang pakaian (kain sari) nya ditarik dan tak habis-habis. Kemudian sosok krisna yang murah senyum.

Setelah membaca buku ini saya baru tahu semuanya. Anak panah yang rupanya berbagai bentuk dan bisa berubah-ubah itu adalah astra-astra pemberian dewa. Saya baru tahu kalau Lima Pandawa mempunyai istri yang sama. Satu istri dengan lima suami. Ckkkckkk…Sekali lagi satu isteri dengan Lima suami (nggak salah dan terbalik nih). Walau ada juga isteri-isteri masing-masing pandawa. Saya juga baru tahu kenapa Arjuna menjadi salah satu symbol pria yang digemari banyak wanita. Bahkan mereka seharusnya tak disebut Pandawa Lima. Pada salah satu bab pada buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini semuanya terungkap

Selain Panchali, Lima pandawa, dan Krishna banyak juga lho tokoh-tokoh yang menghidupkan buku ini. Kunti, Karna, Bisma, Duryodana, Drona, dll (bahkan dikota saya nama-nama mereka sering dijadikan nama jalan). Saya baru tahu Gatot Kaca itu anaknya Bima, Bima yang kekar dan suka makan juga seseorang yang penuh cinta, lalu ada juga tokoh Srikandi yang dijadikan symbol pemain bulutangkis wanita Indonesia. Apa hubungannya ya?? Apakah kisah Mahabrata itu mencakup Indonesia. Kan Mahabrata identik dengan India, harusnya India bisa somasi dong Srikandi dipake Indonesia. Kayak rebutan batik, reog, dan angklung itu sama tetangga (eits, jangan membahas masalah ini)

Jika kalian meragukannya, boleh deh baca sendiri buku ini langsung agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi saat itu.

Karena kuatnya ego dan gengsi dimasa yang lalu, menyebabkan penyesalan dimasa yang akan datang. Tak tanggung-tanggung, beberapa orang-orang "penting" menjadi korban keegoisan seseorang.

Siapa yang berlaku demikian???

Makanya buku ini harus jadi bacaan sejarah yang “Wajib” di baca.


Buang jauh dari diri kita sifat egois, gengsi, dendam dan angkuh apalagi bersumpah dengan berlebihan. Kelak, dimasa yang akan datang, bukan hanya kita yang menanggung akibatnya tetapi orang-orang terdekat pun bisa terkena imbas sifat egois, gengsi, dendam dan angkuhnya kita.



Mau tahu seperti apa akhir dari kisah Mahabrata…?? Baca aja sendiri…hehe




*****

Judul : The Palace of Illusions
Penulis : Chitra Banerjee Divakaruni
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-4556-1

Monday, October 25, 2010

Sebuah garis lurus pun, jika ditarik terus menerus akan membuat sebuah lingkaran

Nikmat (na)sehat

Hari ini, ya di pagi yang begitu cerah ini.
Disaat mentari tak bosan-bosannya menyinari bumi.
Dan tak mempermasalahkan hari apa hari ini.
Burung-burung tak sedikitpun lelah dan ragu bernyanyi & menari.
Menikmati anugerah Tuhan yg tanpa henti menebar rezeki di muka bumi.

Sedang aku disini,
terbujur kaku setengah mati.
Untuk sekedar meneguk air saja seperti disuguhkan duri.
Pakaian kerja yg sudah rapi hanya bisa tergantung didalam lemari.

Saat begini baru terasa nikmatnya sehat.
Salahku juga beberapa minggu ini kurang beristirahat.
Gimana mau sembuh sedang diri malas berkawan dengan obat.
Akhirnya hanya doa kuperbanyak agar tak sekarat dan masuk ruang gawat darurat.

Pesan buat diri sendiri dan utk sahabat,
sehat adalah suatu nikmat.
Manfaatkan lah waktu sehat
agar selamat dunia dan akhirat.
Perbanyak amal dan ibadah untuk fastabiqul khairat.
Sehingga siap kalau dipanggil mendadak oleh Izrail sang Malaikat.

*diberi nasehat saat kepala terasa berat, kenapa lebih suka hp daripada obat

Thursday, October 21, 2010

Argumentasi, Lelaki Shalih, dan Cinta

“Bila seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaqnya meminang,” kata Rasulullah mengandaikan sebuah kejadian sebagaimana dinukil Imam At Tirmidzi, “Maka, nikahkanlah dia.” Rasulullah memaksudkan perkataannya tentang lelaki shalih yang datang meminang putri seseorang.

“Apabila engkau tidak menikahkannya,” lanjut beliau tentang pinangan lelaki shalih itu, “Niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” Di sini Rasulullah mengabarkan sebuah ancaman atau konsekuensi jika pinangan lelaki shalih itu ditolak oleh pihak yang dipinang. Ancamannya disebutkan secara umum berupa fitnah di muka bumi dan meluasnya kerusakan.

Bisa jadi perkataan Rasulullah ini menjadi hal yang sangat berat bagi para orangtua dan putri-putri mereka, terlebih lagi jika ancaman jika tidak menurutinya adalah fitnah dan kerusakan yang meluas di muka bumi. Kita bisa mengira-ngira jenis kerusakan apa yang akan muncul jika seseorang yang berniat melamar seseorang karena mempertahankan kesucian dirinya dan dihalang-halangi serta dipersulit urusan pernikahannya. Inilah salah satu jenis kerusakan yang banyak terjadi di dunia modern ini, meskipun banyak di antara mereka tidak meminang siapapun.

Mari kita belajar tentang pinangan lelaki shalih dari kisah cinta sahabat Rasulullah dari Persia, Salman Al Farisi. Dalam Jalan Cinta, Salim A Fillah mengisahkan romansa cintanya. Salman Al Farisi, lelaki Persia yang baru bebas dari perbudakan fisik dan perbudakan konsepsi hidup itu ternyata mencintai salah seorang muslimah shalihah dari Madinah. Ditemuinya saudara seimannya dari Madinah, Abud Darda’, untuk melamarkan sang perempuan untuknya.

“Saya,” katanya dengan aksen Madinah memperkenalkan diri pada pihak perempuan, “Adalah Abud Darda’.”

“Dan ini,” ujarnya seraya memperkenalkan si pelamar, “Adalah saudara saya, Salman Al Farisi.” Yang diperkenalkan tetap membisu. Jantungnya berdebar.

“Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya,” tutur Abud Darda’ dengan fasih dan terang.

“Adalah kehormatan bagi kami,” jawab tuan rumah atas pinangan Salman, ”Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada putri kami.” Yang dipinang pun ternyata berada di sebalik tabir ruang itu. Sang putri shalihah menanti dengan debaran hati yang tak pasti.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili putrinya. ”Tapi, karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah, saya menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman.”

Ah, romansa cinta Salman memang jadi indah di titik ini. Sebuah penolakan pinangan oleh orang yang dicintainya, tapi tidak mencintainya. Salman harus membenturkan dirinya dengan sebuah hukum cinta yang lain, keserasaan. Inilah yang tidak dimiliki antara Salman dan perempuan itu. Rasa itu hanya satu arah saja, bukan sepasang.

Salman ditolak. Padahal dia adalah lelaki shalih. Lelaki yang menurut Ali bin Abi Thalib adalah sosok perbendaharaan ilmu lama dan baru, serta lautan yang tak pernah kering. Ia memang dari Persia, tapi Rasulullah berkata tentangnya, “Salman Al Farisi dari keluarga kami, ahlul bait.” Lelaki yang bertekad kuat untuk membebaskan dirinya dari perbudakan dengan menebus diri seharga 300 tunas pohon kurma dan 40 uqiyah emas. Lelaki yang dengan kecerdasan pikirnya mengusulkan strategi perang parit dalam Perang Ahzab dan berhasil dimenangkan Islam dengan gemilang. Lelaki yang di kemudian hari dengan penuh amanah melaksanakan tugas dinasnya di Mada’in dengan mengendarai seekor keledai, sendirian. Lelaki yang pernah menolak pembangunan rumah dinas baginya, kecuali sekadar saja. Lelaki yang saking sederhana dalam jabatannya pernah dikira kuli panggul di wilayahnya sendiri. Lelaki yang di ujung sekaratnya merasa terlalu kaya, padahal di rumahnya tidak ada seberapa pun perkakas yang berharga. Lelaki shalih ini, Salman Al Farisi, ditolak pinangannya oleh perempuan yang dicintanya.

Salman ditolak. Alasannya ternyata sederhana saja. Dengarlah. “Namun, jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka putri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan,” kata si ibu perempuan itu melanjutkan perkataannya. Anda mengerti? Si perempuan shalihah itu menolak lelaki shalih peminangnya karena ia mencintai lelaki yang lain. Ia mencintai si pengantar, Abud Darda’. Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak.



Ada juga kisah cinta yang lain. Abu Bakar Ash Shiddiq meminang Fathimah binti Muhammad kepada Rasulullah. Ia ingin mempererat kekerabatannya dengan Sang Rasul dengan pinangan itu. Saat itu usia Fathimah menjelang delapan belas tahun. Ia menjadi perempuan yang tumbuh sempurna dan menjadi idaman para lelaki yang ingin menikah. Keluhuran budi, kemuliaan akhlaq, kehormatan keturunan, dan keshalihahan jiwa menjadi penarik yang sangat kuat.

“Saya mohon kepadamu,” kata Abu Bakar kepada Rasulullah sebagaimana dikisahkan Anas dalam Fatimah Az Zahra, “Sudilah kiranya engkau menikahkan Fathimah denganku.” Dalam riwayat lain, Abu Bakar melamar melalui putrinya sekaligus Ummul Mukminin Aisyah.

Mendapat pinangan dari lelaki shalih itu, Rasulullah hanya terdiam dan berpaling. “Sesungguhnya, Fathimah masih kecil,” kata beliau dalam riwayat lain. “Hai Abu Bakar, tunggulah sampai ada keputusan,” kata Rasulullah. Yang terakhir ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath Thabaqat. Maksud Rasulullah dengan menunggu keputusan adalah keputusan dari Allah atas kondisi dan keadaan itu, apakah menerima pinangan itu atau tidak.

Ketika Umar bin Khathab mendengar cerita ini dari Abu Bakar langsung, ia mengatakan, “Hai Abu Bakar, beliau menolak pinanganmu.”

Kemudian Umar mengambil kesempatan itu. Ia mendatangi Rasulullah dan menyampaikan pinangannya untuk menikahi Fathimah binti Muhammad. Tujuannya tidak terlalu berbeda dengan Abu Bakar. Bahkan jawaban yang diberikan Rasulullah kepada Umar pun sama dengan jawaban yang diberikan kepada Abu Bakar. “Sesungguhnya, Fathimah masih kecil,” ujar beliau. “Tunggulah sampai ada keputusan,” kata Rasulullah.



Ketika Abu Bakar mendengar cerita ini dari Umar bin Khathab langsung, ia mengatakan, “Hai Umar, beliau menolak pinanganmu.”

Kita bisa membayangkan itu? Dua orang lelaki paling shalih di masa hidup Rasulullah pun ditolak pinangannya. Abu Bakar adalah sahabat paling utama di antara seluruh sahabat yang ada. Kepercayaannya kepada Islam dan kerasulan begitu murni, tanpa reverse ataupun setitis keraguan. Karena itulah ia mendapat julukan Ash Shiddiq. Ia adalah lelaki yang disebutkan Al Qur’an sebagai pengiring jalan hijrah Rasulullah di dalam gua. Ia adalah dai yang banyak memasukkan para pembesar Mekah dalam pelukan Islam. Ia adalah pembebas budak-budak muslim yang senantiasa tertindas. Ia adalah lelaki yang menginfakkan seluruh hartanya untuk jihad, dan hanya menyisakan Allah dan Rasul-Nya bagi seluruh keluarganya. Ia adalah orang yang ingin diangkat sebagai kekasih oleh Rasulullah. Ia adalah salah satu lelaki yang telah dijamin menginjakkan tumitnya di kesejukan taman jannah. Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah.

Sementara, siapa tidak mengenal lelaki shalih lain bernama Umar bin Khathab. Ia adalah pembeda antara kebenaran dan kebathilan. Ia dan Hamzah lah yang telah mengangkat kemuliaan kaum muslimin di masa-masa awal perkembangannya di Mekah. Ia lelaki yang seringkali firasatnya mendahului turunnya wahyu dan ayat-ayat ilahi kepada Rasulullah. Ia adalah lelaki yang dengan keberaniannya menantang kaum musyrikin saat ia akan berangkat hijrah, ia melambungkan nama Islam. Ia lelaki yang sangat mencintai keadilan dan menegakkannya tatkala ia menggantikan posisi Rasulullah dan Abu Bakar di kemudian hari. Ia pula yang di kemudian hari membuka kunci-kunci dunia dan membebaskan negeri-negeri untuk menerima cahaya Islam. Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah.

Mari kita simak kenapa pinangan dua lelaki shalih ini ditolak Rasulullah. Ketika itu, Ali bin Abi Thalib datang menemui Rasulullah. Shahabat-shahabatnya dari Anshar, keluarga, bahkan dalam sebuah riwayat termasuk pula dua lelaki shalih terdahulu mendorongnya untuk datang meminang Fathimah binti Muhammad kepada Rasulullah. Ia menemui Rasulullah dan memberi salam.

“Hai anak Abu Thalib,” sapa Rasulullah pada Ali dengan nama kunyahnya, ”Ada perlu apa?”

Simaklah jawaban lugu yang disampaikan Ali kepada Rasulullah sebagaimana dinukil Ibnu Sa’d dalam Ath Thabaqat. “Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah,” katanya lirih hampir tak terdengar. Dengar dan rasakan kepolosan dan kepasrahan dari setiap diksi yang terucap dari Ali bin Abi Thalib itu. Kepolosan dan kepasrahan seorang pecinta akan cintanya yang demikian lama. Ia menggunakan pilihan kata yang sangat lembut di dalam jiwa, “Terkenang.” Kata ini mewakili keterlamaan rasa dan gelora yang terpendam, bertunas menembus langit-langit realita, transliterasi rasa.

“Ahlan wa sahlan!” kata Rasulullah menyambut perkataan Ali. Senyum mengiringi rangkaian kata itu meluncur dari bibir mulia Rasulullah. Kita tidak usah sebingung Ali memahami jawaban Rasulullah. Jawaban itu bermakna bahwa pinangan Ali diterima oleh Rasulullah seperti yang dipahami rekan-rekan Ali.

Mari kita biarkan Ali dengan kebahagiaan diterima pinangannya oleh Rasulullah. Mari kita melihat dari perspektif yang lebih fokus untuk memahami penolakan pinangan dua lelaki shalih sebelumnya dan penerimaan lelaki shalih yang ini. Kita boleh punya pendapat tersendiri tentang masalah ini.

Ketika Rasulullah menjelaskan alasan kepada Abu Bakar dan Umar berupa penolakan halus, kita tidak bisa menerimanya secara letter lijk. Sebab bisa jadi itu adalah bahasa kias yang digunakan Rasulullah. Misalnya ketika Rasulullah mengatakan bahwa Fathimah masih kecil, tentu saja ini tidak bisa diterjemahkan sebagai kecil secara harfiah, sebab saat itu usia Fathimah sudah hampir delapan belas tahun. Sebuah usia yang cukup matang untuk ukuran masa itu dan bangsa Arab. Sementara Rasulullah sendiri berumah tangga dengan Aisyah pada usia setengah usia Fathimah saat itu. Maka, kita harus memahami kalimat penolakan itu sebagai bahasa kias.

Saat Rasulullah meminta Abu Bakar dan Umar bin Khathab untuk menunggu keputusan, ini juga diterjemahkan sebagai penolakan sebagaimana dipahami dua lelaki shalih itu. Jadi, pernyataan Rasulullah itu bukan pernyataan untuk menggantung pinangan, sebab jika pinangan itu digantung, tentu saja Umar dan Ali tidak boleh meminang Fathimah. Pernyataan itu adalah sebuah penolakan halus.

Atau bisa jadi, saat itu Rasulullah punya harapan lain bahwa Ali bin Abi Thalib akan melamar Fathimah. Beliau tahu sebab sejak kecil Ali telah bersamanya dan banyak bergaul dengan Fathimah. Interaksi yang lama dua muda mudi sangat potensial menumbuhkan tunas cinta dan memekarkan kuncup jiwanya. Ini dibuktikan dari pernyataan Rasulullah untuk meminta dua lelaki shalih itu menunggu keputusan Allah tentang pinangannya. Jadi, dalam hal ini kemungkinan Rasulullah mengetahui bahwa putrinya dan Ali telah saling mencintai. Sehingga Rasulullah pun punya harapan pada keduanya untuk menikah. Rasulullah hanya sedang menunggu pinangan Ali. Di masa mendatang sejarah membuktikan ketika Ali dan Fathimah sudah menikah, ia berkata kepada Ali, suaminya, “Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda.” Saya yakin kita tahu siapa yang dimaksud oleh Fathimah. Ini perspektif saya.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan singkat Ali, “Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah.” Satu kalimat itu sudah mewakili apa yang diinginkan Ali. Rasulullah sangat memahami ini. Beliau adalah seseorang yang sangat peka akan apa-apa yang diinginkan orang lain dari dirinya. Beliau memiliki empati terhadap orang lain dengan demikian kuat. Beliau memahami bentuk sempurna keinginan seseorang seperti Ali dengan beberapa kata saja.

Dan jawaban Rasulullah pun menunjukkan hal yang serupa, “Ahlan wa sahlan!” Ungkapan sambutan selamat datang atas sebuah penantian.



Jadi, dengan perspektif ini, kita akan memahami bahwa lelaki shalih yang datang untuk meminang bisa ditolak pinangannya, tanpa akan menimbulkan fitnah di muka bumi ataupun kerusakan yang meluas. Wanita shalihah yang dipinang Salman Al Farisi telah menunjukkan kepada kita, bahwa ia mencintai Abud Darda’ dan menolak pinangan lelaki shalih dari Persia itu. Rasulullah pun telah menunjukkan pada kita bahwa ia menolak pinangan dua lelaki tershalih di masanya karena Fathimah mencintai lelaki shalih yang lain, Ali Bin Abu Thalib. Di sini, kita belajar bahwa cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.

Mari kita dengarkan sebuah kisah yang dikisahkan Ibnu Abbas dan diabadikan oleh Imam Ibnu Majah. Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah. “Wahai Rasulullah,” kata lelaki itu, “Seorang anak yatim perempuan yang dalam tanggunganku telah dipinang dua orang lelaki, ada yang kaya dan ada yang miskin.”

“Kami lebih memilih lelaki kaya,” lanjutnya berkisah, “Tapi dia lebih memilih lelaki yang miskin.” Ia meminta pertimbangan kepada Rasulullah atas sikap yang sebaiknya dilakukannya. “Kami,” jawab Rasulullah, “Tidak melihat sesuatu yang lebih baik dari pernikahan bagi dua orang yang saling mencintai, lam nara lil mutahabbaini mitslan nikahi.”

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak. Di telinga dan jiwa lelaki ini, perkataan Rasulullah itu laksana setitis embun di kegersangan hati. Menumbuhkan tunas yang hampir mati diterpa badai kemarau dan panasnya bara api. Seakan-akan Rasulullah mengatakannya khusus hanya untuk dirinya. Seakan-akan Rasulullah mengingatkannya akan ikhtiar dan agar tiada sesal di kemudian hari.

“Cinta itu,” kata Prof. Dr. Abdul Halim Abu Syuqqah dalam Tahrirul Ma’rah fi ‘Ashrir Risalah, “Adalah perasaan yang baik dengan kebaikan tujuan jika tujuannya adalah menikah.” Artinya yang satu menjadikan yang lainnya sebagai teman hidup dalam bingkai pernikahan.

Dengan maksud yang serupa, Imam Al Hakim mencatat bahwa Rasulullah bersabda tentang dua manusia yang saling mencintai. “Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah) oleh orang-orang yang saling mencintai,” kata Rasulullah, “Seperti halnya pernikahan.” Ya, tidak ada yang lebih indah. Ini adalah perkataan Rasulullah. Dan lelaki ini meyakini bahwa perkataan beliau adalah kebenaran. Karena bagi dua orang yang saling mencintai, memang tidak ada yang lebih indah selain pernikahan. Karena cintalah yang menghapus fitnah di muka bumi dan memperbaiki kerusakan yang meluas, insya Allah.

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.

Sumber: www.dakwatuna.com

Sunday, October 17, 2010

Kubuatkan Rumah Cinta Untukmu

Perlahan kucoba mengumpulkan keping-keping cinta yang berserakan.Kususun kembali menjadi agar menjadi sebuah cinta yang utuh. Keping Iman dan Taqwa bersama keping kejujuran berada disusunan paling bawah-menjadi pondasi-diantara kepingan lain seperti pengertian, kasih sayang, kesetiaan, komitmen dan yang lainnya. Namun setelah lama kususun, aku masih kekurangan satu kepingan lagi agar mendapatkan cinta yang utuh.

Mau kah kamu menjadi kepingan cinta untukku??

Akan ku buatkan untukmu RUMAH CINTA. Rumah terindah yang pernah kubuat untuk seorang manusia. PONDASI yang dipakai untuk membangun rumah cinta ini dibuat dari Iman dan Taqwa. Sehingga pada saat gempa dan badai sekalipun - rumah cinta untukku,untukmu dan anak-anak kita - tak pernah goyah apalagi roboh.

KONSTRUKSI (kolom dan balok) nya kubuat dari BETON BERTULANG, karena mereka - beton dan besi tulangan adalah soulmate - mewakili cinta kita. Coba kau lihat saat BETON mudah sekali rapuh apabila mendapat tekanan(berbagai masalah kehidupan), BESI TULANGAN memberinya kekuatan tambahan. Begitu sebaliknya saat besi tulangan tak dapat menahan gaya tarik -dalam hal ini kesedihan-dari luar, beton akan melindunginya sekuat tenaga. DINDINGnya berlapis kesetiaan dan kejujuran, PINTU dan JENDELA nya dibentuk dari saling percaya dan keterbukaan.

RUMAH CINTA untukmu kupasangkan dengan ATAP kasih sayang, melindungi dari terik mentari dan hujan, menjagamu dari kesusahan dan kesulitan. DAPURnya telah kusiapkan paling matang agar kepulan asap kesejahteraan selalu menghiasi hari-hari kita. Sehingga kita akan selalu rindu dari teduhnya RUMAH CINTA..

gambar pinjam dari sini


17oktober 2010 15.30 saat langit Banjarmasin sedang bersedih dan kutemukan tempat berteduh yang memberikan inspirasi.

Untukmu kuberikan Rumah Cinta

Perlahan kucoba mengumpulkan keping-keping cinta yang berserakan.

Kususun kembali menjadi agar menjadi sebuah cinta yang utuh. Keping Iman dan Taqwa bersama keping kejujuran berada disusunan paling bawah-menjadi pondasi-diantara kepingan lain seperti pengertian, kasih sayang, kesetiaan, komitmen dan yang lainnya. Namun setelah lama kususun, aku masih kekurangan satu kepingan lagi agar mendapatkan cinta yang utuh.



Mau kah kamu menjadi kepingan cinta untukku??



Akan ku buatkan untukmu RUMAH CINTA. Rumah terindah yang pernah kubuat untuk seorang manusia. PONDASI yang dipakai untuk membangun rumah cinta ini dibuat dari Iman dan Taqwa. Sehingga pada saat gempa dan badai sekalipun - rumah cinta untukku,untukmu dan anak-anak kita - tak pernah goyah apalagi roboh. KONSTRUKSI (kolom dan balok) nya kubuat dari BETON BERTULANG, karena mereka - beton dan besi tulangan adalah soulmate - mewakili cinta kita. Coba kau lihat saat BETON mudah sekali rapuh apabila mendapat tekanan (berbagai masalah kehidupan), BESI TULANGAN memberinya kekuatan tambahan. Begitu sebaliknya saat besi tulangan tak dapat menahan gaya tarik -dalam hal ini kesedihan-dari luar, beton akan melindunginya sekuat tenaga. DINDING nya berlapis kesetiaan dan kejujuran, PINTU dan JENDELA nya dibentuk dari saling percaya dan keterbukaan.



RUMAH CINTA untukmu kupasangkan dengan ATAP kasih sayang, melindungi dari terik mentari dan hujan, menjagamu dari kesusahan dan kesulitan. DAPURnya telah kusiapkan paling matang agar kepulan asap kesejahteraan selalu menghiasi hari-hari kita. Sehingga kita akan selalu rindu dari teduhnya RUMAH CINTA..



17oktober 2010 15.30 saat langit Banjarmasin sedang bersedih dan kutemukan tempat berteduh yang memberikan inspirasi.

Wednesday, October 6, 2010

Wasiat Emas Imam Abu hanifah




Oleh: http://www.facebook.com/profile.php?id=1289023893

Ini adalah wasiat imam abu hanifah kepada muridnya Yusuf bin Khalid, ketika ia telah merasa cukup dalam menuntut ilmu kepada abu hanifah dan pulang ke kampungnya Basrah. Berikut wasiat emas sebagai pembekalan tersebut, para ulama menamakannya “Wasiat Emas”

“ Jika kamu salah berinteraksi dengan masyarakat, mereka akan menjadi musuhmu, sekalipun mereka bapak dan ibumu, tetapi jika kamu berinteraksi dengan baik, sekalipun mereka bukan kerabatmu, mereka akan menjadi seperti bapak dan ibumu”.

“ Jika kamu telah masuk Basrah, orang akan menjemputmu, mengunjungimu serta mengetahui dengan persis hak-hak kamu, maka posisikan tiap-tiap individu sesuai dengan kedudukan mereka, hormatilah orang-orang terhormat, muliakan para ulama, hormati orang-orang tua, bersahabatlah dengan lemah lembut, dekatilah orang-orang awam, pergauilah orang-orang baik, jangan menghina siapapun, dan jangan membuka rahasiamu kepada siapapun, jika mempercayai siapapun sebelum kamu mengujinya, jangan menerima hadiah.”

“Sebaiknya kamu mengikuti kemauan masyarakat, sabar, baik budi pekerti, lapang dada, berpenampilan baik, perbanyak pakai minyak wangi, berlemah lembut, tidak banyak mencela sehingga sulit untuk berbuat adi, peliharalah shalatmu, shadaqahkan makananmu, karena orang bakhil tidak akan bisa dijadikan pemimpin, kunjungi orang-orang yang mengunjungimu”

“Dan berbuat baiklah terhadap orang yang berbuat baik bahkan terhadap orang yang berbuat jelek kepadamu, carilah ilmu, beramar ma’ruf, tinggalkan seluruh orang yang menyakitimu, jenguklah sendiri temanmu yang sakit, carilah tahu tentang temanmu yang lama tidak kamu jumpai, terhadap kawan yang tidak mau tahu tentang kamu jangan sampai kamu tidakm mau tahu tentang dia, sambunglah silaturrahmi terhadap orang yang memutuskannya, hormati siapapun orang yang datang kepadamu, ucapkan selamat kepada kawanmu yang sedang mendapatkan kebahagiaan, ikutlah berbela sungkawa terhadap yang sedang ditimpa musibah, dan terhadap yang tertimpa musibah kamu ikut merasakan sakit bersamanya .”

“Siapapun yang mendorongmu untuk bangkit maka bangkitlah bersamanya, dan siapa saja yang meminta pertolonganmu maka tolonglah, tunjukkanlah empatimu terhadap masyarakat sebisa yang kamu mampu, dan terbarkanlah salam”

“Jika kamu bertemu dengan mereka ditempat berbeda atau dalam suatu masjid kemudian lalu dilontarkan beberapa masalah dan ternyata apa yang disampaikan itu berbeda dengan pendapatmu, Jangan Berkomentar, tapi jika kamu ditanya, lalu kamu mendiskripsikan apa yang diketahui mereka lalu kamu berpendapat selain itu, dengan mengatakan masalah ini begini, dengan alasan begini, jika mereka mendengarkan apa yang kamu sampaikan itu, mereka akan segera menilai kedudukan dan kredibilitasmu ”

“Perlakukan manusia sebagaimana engkau memperlakukan dirimu sendiri, rhidalah seperti kamu ridha terhadap dirimu sendiri, mintalah pertolongan kepada dirimu dengan menjaganya dan mengontrol kondisinya, janganlah membebani manusia sesuatu apa yang tidak mereka bebankan kepadamu, kedepankan niat baik kepada mereka, pakailah kejujuran, buanglah kecongkakan jauh-jauh, janganlah sekali-kali kamu berkhianat walaupun mereka mengkhianati kamu, pegang tegunglah kesetiaan dan takwa, Allah akan selalu bersamamu. ”

Monday, October 4, 2010

Jangan terfokus pada kelebihan calon pasanganmu,tp lihatlah kekurangannya,..siapkah kau terima kekurangan2 itu? Karena sesungguhnya tiada manusia (setelah Muhammad) yg tanpa kekurangan,.. Dan rumah tangga itu tempat menambal kekurangan satu dan lainnya,.. *Copast status seseorang

Tips Merawat Buku

Judul Asli Aku dan Buku
Oleh: http://oncomko.multiply.com/journal/item/233/Aku_dan_Buku_


Buku bagi saya adalah teman paling setia, di saat saya berduka, sedih atau terluka, saya bisa mencari dan tentunya membaca buku-buku yang bisa memberi saya motivasi, membuat saya bangkit juga menguatkan saya. Buku juga teman di sepanjang perjalanan bila saya bepergian untuk mengisi kekosongan waktu, dari pada mata jelalatan tak karuan [juga alternative lain selain tidur di angkot ].


Kalau kata orang bijak, buku itu jendela dunia, jendela informasi, jendela ilmu pengetahuan. Betullah demikian adanya, karena dengan membaca buku banyak hal yang saya tidak tahu menjadi tahu, banyak ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan, apalagi saya adalah seorang guru, yang semestinya tidak pernah berhenti belajar, salah satu cara belajar ya dengan membaca. membaca apa saja yang bisa di baca dan menambah ilmu pastinya.


Nah, karena buku merupakan salah satu sumber ilmu, tidak ada salahnya bila kita memperlakukannya secara lebih "kebukuan", tapi terkadang karena kesibukan dan berbagai alasan yang ada, kita lupa untuk merawat dan menjaga sang buku dengan semestinya, cuek-cuek saja kalau dia sobek, lecek, jelek atau apapun itu namanya, ada yang bilang “itu tandanya si buku dibaca”. Miris saja saya melihatnya [belagu ], padahal sudah semestinya kita memperlakukan buku dengan cukup istimewa, sayangi dan rawatlah dia, karena suatu hari nanti dia akan ada manfaatnya, ibarat kata “kalau Koran bisa basi, tapi buku tidak akan pernah basi, meskipun selalu ada revisi-revisi”.


Nah, mengingat hal tersebut di atas, maka saya memberanikan diri memberi tips ala saya dalam merawat dan mencintai buku-buku yang saya miliki, cekidoooooot :

* Berilah sampul plastik bening pada buku soft cover, agar dia tetap bersih dan kinclong, juga menjaganya agar tidak terkena air secara langsung.

* Beri stempel atau nama pada buku kita, kalau perlu tanggal, tempat pembelian juga harga, agar kita mengingat pada moment apa kita membeli buku tersebut.

* Berilah pembatas buku pada setiap buku yang kita baca, "JANGAN DI LIPAT", jangan sekali-sekali menyakiti buku dengan melipatnya, hal itu akan menimbulkan bekas yang tidak akan pernah hilang, maka untuk mempermudah mengingat sampai mana kita membaca alangkah baiknya siapkan pembatas bacaan [jangan pake KTP, KTM, SIM, STNK, ATM dll, BAHAYA ]

* Buka buku dengan penuh cinta [lebaay ], jangan asal-asalan membuka buku karena itu akan membuat buku cepat rusak dan sobek.

* Bila ingin memberi tanda pada salah satu kalimat yang kita anggap penting, ada baiknya lihat jenis kertas dari buku tersebut, bila jenis kertasnya bagus kita bisa menggunakan stabillo tetapi bila jenis kertas kurang bagus ada baiknya gunakan saja pinsil warna.

* Jangan simpan buku disembarang tempat, seperti tanah, kursi, dll [bahaya, kalau tiba-tiba lupa lalu kehujanan…waduh sayangnya ]

* Untuk buku yang kita dapat dari sahabat, teman atau orang-orang tercinta di sekeliling kita, ada baiknya kita menuliskan namanya dalam buku tersebut, bila perlu tuliskan sedikit kata tentang mengapa buku tersebut menjadi hadiah buat kita. [so sweeet ]

* Buatlah daftar inventaris buku yang kita miliki, alangkah lebih baik kita buat sesuai katagori masing-masing buku, misal : katagori keislaman, pendidikan, keluarga, dll [saya juga baru sebagian nie buatnya ]

* Buatlah buku peminjaman pribadi, bila ada sahabat yang ingin meminjam, tuliskan nama peminjam, no hp, alamat, judul buku yang dipinjam, tanggal peminjaman dan kapan buku tersebut akan di kembalikan. [ingatkan, kalau buku kita ga balik-balik ]

* Periksa buku-buku kita secara berkala, karena terkadang ada semut atau binatang kecil lain yang menjadikannya sarang, saking bagusnya itu buku.

setiap kita punya cara sendiri dalam menyayangi, merawat dan menjaga barang-barang milik kita, termasuk buku. Pastinya banyak tips-tips lain yang sahabat miliki, alangkah senangnya bila sahabat mau berbagi disini. Semoga sedikit tips ala saya ini bisa bermanfaat.


*maaf, tips ini semata-mata untuk mengingatkan diri saya pribadi, dan saya tulis dengan bahasa aneh saya, semoga bisa dimaknai ^^ [gaya gw ]

[Cuplikan] Pesta Blogger 2010 Banjarmasin




Pesta blogger nasional akan segera dimulai oktober ini. Berbagai event-event pemanasan sudah di mulai jauh-jauh hari sebelumnya. Salah satunya Sabtu malam kemarin (2/10/2010), bertempat di Aula Pemko Banjarbaru, ratusan blogger dari berbagai user mulai dari Kaskus, bloggers, Mpers, facebookers dll ikut memeriahkan mini pesta blogger 2010 Banjarmasin. Acara yang dihadiri oleh walikota banjarbaru, Wakil Kadubes Amerika, dan Ketua beserta Tim Pesta Blogger nasional cukup terhibur dengan acara tersebut, karena menampilkan beberapa kesenian (tari) daerah, kerajinan Sasirangan dan bazaar cinderamata batu intan.

Karena banyak begitu banyak foto, dan terkendala sulitnya mengupload semua foto keseluruhan, maka hanya beberapa saja yang saya upload (tetep narsis yg ada foto saya aja).

Boleh kah aku mencintaimu??

Wahai seorang yang lembut hatinya.

Sesungguhnya berat sekali menjaga hati ini. hati seorang lelaki keras kepala yg mudah luluh karena perasaan (cinta)nya.
Satu sisi aku tak ingin imanku aus, hatiku terkikis melihat indahnya reinkarnasi tulang rusuk yg bengkok itu.
Sisi yg lain, aku takut, aku takut sekali kalau rusuk yg bengkok itu bukan rusukku. Aku takut rusuk itu milik orang lain.

Aku takut sungguh aku takut. kalau rusuk itu akan diambil orang.

Tahukah kau..imanku bergejolak tentang ini.

Aku tak bisa lagi berkonsentrasi utk menambah ayat yg kuhafal
Berkali-kali dan berulang-ulang aku mengupayakan agar rusuk itu siap dipasangkan ke rusukku yg hilang.Tahukah kau saat terberat aku menjaga hatiku, yaitu saat dekat denganmu.

Aku lebih suka menjauh dan tak mendengar suara indah melantunkan ide-gagasan brilianmu.Aku lebih suka kena iqob daripada aku kehilangan konsentrasiku saat, kau dan aku menjadi bagian dalam suatu syuro.

Aku lebih suka mendengar hasil syuro, dari teman satu kelompokku. daripada hatiku digerogoti oleh virus jambu itu. Atau aku lebih suka jika kau tak ikut kegiatan apabila aku menjadi panitia atau pesertanya. Walaupun seringpula aku lirik sana-sini mencari keberadaanmu. Aku takut niat semulaku untuk menuntut ilmu dan fastabiqul khairat lillahi ta'ala, menyimpang menjadi riya. tampil keren dengan gagasan cemerlang.

Makanya aku lebih suka kau tak disana.sampai huruf terakhir yg ku tulis ini. aku seperti orang yg lumpuh kakinya. aku seperti kejatuhan langit dan galaksinya tatkala mendengar sebuah kabar berita itu...

bisakah kau jawabkan semua pertanyaan dariku?



Catatan lama yang sudah berdebu, telah kutemukan kembali walau tak sempat sempat merapikannya. Iseng daripada usang, boleh kan saya posting disini. Bukan sebuah curhatan lho