Saturday, April 23, 2011

Pedaringan [Ungkapan Banjar]

Pedaringan: Karena ini adalah permasalahan suami isteri maka saya akan menjelaskan berkaitan hal itu juga (padahal saya sendiri belum menikah,hehe). Tempo hari saat saya dalam perjalanan pulang ke Banjarmasin setelah main futsal, didalam mobil saya diceritakan banyak hal tentang pernikahan oleh teman kerja saya yang sudah menikah. Penjelasannya panjang dari A-Z.

Namun yang menarik perhatian saya adalah pedaringan. Menurut teman saya yang sudah jadi bapak itu: istilah pedaringan merupakan ungkapan masyarakat banjar. Ungkapan yang menyatakan bahwa pedaringan itu adalah sumber penghidupan suami-isteri. Untuk lebih jelasnya mungkin seperti cerita berikut.

Seorang lelaki sederhana atau bisa juga miskin, lalu menikah dengan perempuan yang sama (boleh juga kaya). Lalu mereka bersama-sama membangun keluarga dari titik nol untuk mengatasi berbagai masalah dan pesakitan. Seperti tak ada biaya untuk melangsungkan pernikahan, kemudian dipusingkan dengan mencari tempat tinggal karena kontrak rumah mahal hingga masalah lain  tentang rumah tangga yg lain dan tak habis-habisnya untuk dibahas.

Sampai akhirnya suami isteri itu sukses dengan usaha yang mereka rintis bersama. Jerih payah/ perjuangan bersama dari nol hingga sukses itulah dianggap pedaringan.  Jika pedaringan itu ditinggalkan atau dengan kata lain seorang isteri/suami tersebut bercerai –salah satu diantara keduanya menikah lagi- maka usaha/pencaharian apapun yang dilakukan kemudian dengan isteri/suami yang baru tidak akan berhasil (sukses) lagi. Karena pernikahan yang pertama lah yang membawa berkah (soulmate forever, hehe).

Namanya manusia, makhluk yg diciptakan disertai dengan hawa nafsu. Maka keinginan untuk menambah isteri/suami saat harta berlimpah sangat sering terjadi. Pada saat itulah godaan menghampiri. Namun ketika suami/isteri tersebut teringat “Pedaringan” di rumah, maka ada benteng dari dalam untuk menghindarinya.

Entah ini mitos atau bukan, tapi masyarakat banjar masih mempercayainya. Yang jelas ada sisi positif / hikmah yang diambil dari Pedaringan tersebut. Kita dilatih untuk setia dan bertanggung jawab, serta mensyukuri nikmat atas apa yang dikarunia kan Allah.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” [QS. Ibrahim 7]

*hanya catatan kecil, atas ketidak tahuan istilah/ungkapan masyarakat banjar
**Gambar pinjam disini

Tuesday, April 19, 2011

Rekam Jejak Perjalanan




Iseng, daripada gambar/foto2 hasil perjalanan jadi asset terbengkalai di memory Laptop mending dibagi-bagi dan dikasih lihat sama khalayak. Moga-moga bisa dipakai buat kepentingan yg bermanfaat..heee

Wednesday, April 13, 2011

Minta Opini/Masukan Kalian??.

Pernah kah kalian merasa bahwa saat ini kalian berada pada kondisi yang terjepit...?
Sudah terjepit lalu berada pada titik terendah. Seakan-akan hidup ini tidak adil. Kenapa orang yang (menurut kita) kurang -segala hal- dibandingkan dengan kita bernasib baik jika dibandingkan dengan kita. Padahal jika dilihat kebelakang usaha kita lebih dari mereka.

Entahlah//
walau pun telah menerima keadaan dengan lapang dada (selalu mensyukuri nikmat yg ada dan melihat kondisi sekeliling yang berada dibawah), tetap saja ada perasaan mengganjal di hati. Lalu sedikit demi sedikit penyakit hati menggerogoti diri. Iri terhadap kesuksesan teman/orang yang dengan "mudah" mendapatkan apa yang di inginkannya. Sedang kita..usaha dan terus berusaha namun tetap saja tidak sesuai dengan yang diharapkan.

"Tak mungkin menyalahkan waktu....tak mungkin menyalahkan keadaan.."
(lagi-lagi kebawa lirik lagu, hehe)

Makanya sebelum penyakit hati itu menjadi parah menggerogoti diri kita maka mohon sharing dan masukan teman2 semua bagi yg sudah pernah merasakan dan mengatasinya.

Monday, April 11, 2011

Sekelumit Cerita (perjalanan) dari Alabio dan Kotabaru

Akhirnya tunai sudah cita dan keinginan saya untuk mengelilingi seluruh kota dan daerah di Kalimantan Selatan. Sedikit demi sedikit mimpi mengelilingi Indonesia khususnya pulau Kalimantan terealisasi. Senin (28 Maret 2011) lalu bersama pimpinan, saya kembali dapat tugas untuk dinas ke luar kota. Kali ini tujuan yg akan kami kunjungi adalah Tanjung dan Amuntai. Kalau perjalanan ke Tanjung (Tabalong) sudah pernah saya ceritakan disini. Maka kali ini saya hanya akan menceritakan sedikit dari daerah di Amuntai.


Alabio dan Danau Panggang dikenal sebagai daerah terjauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Maka tidak heran kalau daerah ini sepi. Akses menuju daerah ini dapat melalui darat atau sungai. Namun jalan darat yang tersedia sangat kecil. Hanya mampu dilewati satu buah mobil, maka berhati-hati lah jika kita mengendarai mobil lalu berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan. Kemungkinan mobil tergores sangat besar. Disepanjang jalan di Alabio hanya terdapat pemandangan rumah warga, kandang ternak itik dan luasnya daerah rawa.

Bentuk rumah sangat sederhana. Seperti bayangan
anak kecil waktu disuruh menggambar rumah. Hanya ada 2 pintu, didepan dan dibelakang. Kemudian disamping pintu ada jendela. Atap tak ada jurai atau variasi bentuk atap yang beragam, bentuknya hanya perisai sederhana yang memanjang sepanjang rumah. Atau bentuk rumah bisa di visualisasikan dengan gabungan sebuah balok memanjang beratap prisma segitiga.Rumah tersebut terbuat dari kayu –beberapa menggunakan kayu ulin (kayu besi)- dan beratapkan sirap atau atap daun rumbia. Hanya beberapa rumah yang menggunakan beton. Itupun masih berada di pemukiman menuju keluar perkampungan.

Menurut bapak yang bertugas di daerah ini kebe
tulan beliau menemani kami, penduduk sekitar bermatapencaharian sebagai peternak itik. Tak heran jika di daerah sangat terkenal sebagai penghasil telur dan itik terbesar. Maka pantas itik alabio dijadikan symbol khas daerah ini.

Selain terkenal karena itiknya. Alabio juga sangat dikenal karena bahasanya dengan alunan logat yang
khas. Rata-rata masyarakat disini tak dapat melafalkan dengan baik setiap kata dengan huruf “O” dan “U”. Bagi kita yang tidak terbiasa mendengar mereka berbicara, maka kita mungkin akan tersenyum atau tertawa dengan gaya bicara mereka. (Mohon maaf, bukan maksud meremehkan).

Ada lagi yang jadi ciri khasnya alabio, yaitu kebanyakan orang banjar sering bercerita me”alabio” atau “mehalabi
o”. Artinya cerita tersebut merupakan sebuah plesetan atau ambiguitas dari sebuah kata/cerita. Saat orang yang mehalabiu bercerita,maka kita dituntut untuk berpikir, agar mengerti maksud (makna tersirat) dari cerita tersebut. Temanya beragam tapi kebanyakannya adalah humor.


Danau panggang??

Ya!!!

Saya sempat membayangkan dengan me reka-
reka rupa daerah ini. Sebuah danau yang Indah???
Lalu seperti apa danau yang di panggang
???
(Karena daerah ini bernama Danau Pa
nggang)

Rupanya tebakan dalam pikir saya sala
h. Tak ada danau di daerah ini. Yang ada hanya rawa-rawa. Sepanjang jalan dan sepanjang pandangan mata, kita akan melihat hamparan rawa yang tak ada habis-habisnya. Luas areal daerah ini sebagian besar di tutupi rawa-rawa. Pemukiman penduduk hanya di pinggiran jalan. Berjejer satu rumah dengan rumah yang lain disepanjang jalan. Dan hanya ada satu rumah, di setiap jalan. Tidak ada rumah lagi dibelakang rumah atau tidak ada gang, komplek atau himpitan rumah lainnya. Ah, saya jadi susah menjelaskannya.

Namun begitu, suasana di dua daerah ini san
gat lah nyaman. Saya tidak merasa jenuh seperti yang ada dikota. Disini jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Tidak ada jalan macet, tidak ada salip menyalip kendaraan yang bikin jengkel pengguna jalan lain. Ke daerah ini saya seperti kembali ke masa kecil, bermain langsung di alam seperti bolang yang ada di TV. Apalagi di sini merupakan daerah yang sangat Religius.

Seingat saya –kata bapak yang bersama kami- setiap malam senin, di mesjid terbesar didaerah ini diadakan
pengajian agama oleh tokoh/Ulama yang sangat terkenal. Mesjid ini selalu penuh oleh jama’ah bahkan jamaah yang berada jauh diluar daerah. Sayang saya lupa nama Guru/Ulama tersebut.

Usai ke Tanjung dan Amuntai ternyat
a saja di ajak lagi untuk melakukan perjalanan dinas (3-7 April 2011). Sebenarnya masih berat sih untuk jalan lagi, laporan yang ada aja belum juga selesai, eh berangkat lagi. Tapi saat ingat cita-cita mengelilingi ke seluruh penjuru kota dan daerah di Kalimantan, maka keberatan itu saya buang jauh-jauh. Tujuan kali ini adalah Batulicin dan Kotabaru. Keduanya masih berada di Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Namun dua kota ini beda arah jalan dengan banua anam atau kota/daerah lain di Kalsel.

Batulicin sudah pernah saya ceritakan
juga keadaannya disini. Maka Kotabaru lah yang akan saya ceritakan sedikit tentangnya sesuai apa yang saya lihat, dengar, dan rasakan. Kotabaru merupakan pulau yang terpisah dengan pulau Kalimantan. Maka untuk mencapai daerah ini kita diharuskan menyeberang laut. (Jaraknya hampir sama dengan penyeberangan menuju Balikpapan dari Penajam).

(Gambar Pemandangan saat di atas ferry menuju Tanjung Serdang)


Selain menggunakan kapal penyebe
rangan berupa ferry, penyeberangan menuju Kotabaru juga disediakan kapal cepat berupa speedboat. Tapi speedboat hanya digunakan untuk kapal penumpang. Barang seperti mobil atau sepeda motor tidak mungkin untuk speedboat. Kalau dari Banjarmasin menuju Kotabaru kita diharuskan ke Batulicin dulu untuk naik fery di pelabuhan Tanjung Serdang. Waktu yang diperlukan menuju Batulicin (ke pelabuhan) dari Batulicin sekitar lima jam perjalanan darat normal. Jika tak menunggu lama (menunggu penumpang lain), dari pelabuhan Batulicin ke Tanjung Serdang (pelabuhan Kotabaru) memakan waktu sekitar 45 menit. Selanjutnya menuju Kotabaru dari Tanjung Serdang diperlukan waktu kurang lebih satu jam.



(Gambar mesjid di Jorong)




Sampai di pusat keramaian atau pusat k
ota, seperti biasanya mata saya lirik kiri dan kanan. Melihat beragam bentuk bangunan dan karakter (fisik) manusianya. Hehe. Sekilas, apa yang saya lihat waktu itu ada perbedaan antara kota Banjarmasin dan Kotabaru. Terutama bentuk bangunannya. Di bandingkan dengan Banjarmasin, rumah dan ruko di Kotabaru memiliki gaya arsitektur yang tinggi. Kalau di Banjarmasin, sebagian besar ruko yang dibangun dengan tampilan sederhana tanpa ornament-ornamen yang menarik.

Nah di Kotabaru kita akan melihat ruko dengan gaya dan bentuk beragam. Beberapa façade (tampilan depan) dibik
in dengan seni yang tinggi. Pertama saya melihat ruko yang mirip kelenteng (rumah ibadah Tionghoa), kemudian saya temukan juga bentuk ruko yang banyak sekali hiasan/mainan pada façade. Kaca, balok tambahan, Listplank pada balkon, bentuk atap, dsb merupakan bagian ruko yang mendapat sentuhan seni arsiteknya. Wuihh. Lumayan untuk bangunan di Pulau yang terpisah dengan Kalimantan ini.

Sa-ijaan adalah motto daerah ini. Menurut info
yang saya dapat “Sa ijaan” artinya sepakat atau se iya-sekata. Namun saya belum terlalu yakin kebenaran arti kata itu.

Kata orang-orang kalau ke Kotabaru jangan lupa ke siring. Setelah saya tanya kesana kemari dan mengunjungi langsung
, ternyata siring itu adalah sebuah tempat (pusat keramaian) yang berada di pinggir laut kotabaru. Tempat ini merupakan tempat favorit untuk tempat berkumpul bareng keluarga atau teman-teman karena pemandangannya cukup menarik. Di siring ini juga terdapat symbol atau ciri khas kotabaru, yaitu patung Ikan Todak.


(Gambar siring yang saya maksud, dan pinjam gambar dari sini)



Ternyata tidak salah dengan lirik lagu daerah kotabaru yang populer itu. Kotabaru memang menyimpan keindahan gunung yang Bamega (gunung yang berawan). Satu lagi informasi yang saya dapat. Katanya seluruh pulau Kotabaru ini dibawahnya tersimpan batubara, namun dilarang keras untuk menambangnya. Karena ditakutkan akan terjadi bencana jika penambangan dilakukan. Devisa daerah ini masih disokong oleh industri semen yang ada di Tarjun.

Saya berharap akan kembali lagi ke daerah ini…untuk menjemput sebuah impian.

Kotabaru gunungnya Ba' mega
Ba' mega umbak manampur di sala karang
Umbak manampur di sala karang

Batamu lawanlah adinda
Adinda iman di dada rasa malayang
Iman di dada rasa malayang

Pisang silat tanamlah babaris
Babaris...tabang pang bamban kuhalangakan
Tabang pang bamban kuhalangakan

Bahalat gununglah babaris
Babaris hatiku dandam ‘kusalangakan
Hatiku dandam ‘kusalangakan

Burung bintit batiti di batang
Di batang si batang buluh kuning manggading
Di batang buluh kuning manggading

Kacilangan lampulah di kapal
Di kapal anak Walanda main komidi
Anak Walanda main komidi

Malam tadi bamimpilah datang
Rasa datang rasa bapaluk lawan si ading
Rasa bapaluk lawan si ading

Kasiangan guringlah sabantal
Sabantal tangan ka dada hidung ka pipi
Tangan ka dada hidung ka pipi

Judul lagu Paris Barantai
Ciptaan H. Anang Ardiansyah



Saya menyayangkan gambar pandangan saya waktu itu tidak tersimpan dengan sempurna, sehingga ada beberapa foto-foto diatas adalah hasil googling.


Friday, April 1, 2011

Apakah ini jalan ku??? Fenomena Pegawai Negeri Sipil (copas)

Mohon maaf jika saya memposting alias repost artikel ini, tentunya jadi menuhin inboxnya teman2 dan saudara semua, hehe

kenapa saya repost lagi, karena saya ingin menyimpannya agar saya bisa bercermin tentang jatidiri saya sebenarnya....(Wualaahh ngomong apaan ya saya). Dimana posisi saya?? hehe

Jadi kalau ada yang menentang atau pun yang pro silakan, tp jangan anarki yah..hehe

artikel ini saya ambil dari forum sebelah, sumbernya dari sini

Judul Asli: Fenomena Pegawai Negeri Sipil

****


just share pengalaman teman sebagai PNS - sekedar berbagi pengalaman
no offense atau memojokkan profesi, semoga banyak hikmah yang kita dapatkan dari tulisan ini

Menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), bagi sebagian orang Indonesia adalah sebuah dambaan, meskipun bagi sebagian lagi yang lain mungkin keengganan. Menjadi dambaan banyak orang sehingga antrean pengambil formulir pendaftaran CPNS selalu membludak setiap tahun. Orang merelakan apapun yang dia miliki untuk menjadi seorang PNS, baik uang puluhan juta rupiah, harga diri, dsb. Meskipun sudah ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki masalah rekrutmen PNS, baik melalui hukuman dan perbaikan sistem, tapi tetap saja masalah sogok, suap, atau apalah namanya adalah fakta yang terjadi di masyarakat.

Alhamdulillah saya tidak perlu melewati itu semua, karena kebetulan saya menjadi PNS bukan lewat jalur penerimaan biasa, tapi lewat beasiswa sekolah luar negeri dalam program STAID (sebelumnya bernama OFP dan STMDP) yang diinisiasi pak Habibie. Well, meskipun saya tidak pernah bercita-cita menjadi PNS, saya harus ikhlas melaksanakan perjanjian yang dulu saya buat sebelum berangkat ke Jepang. Dan secara dewasa saya harus mengakui bahwa ini adalah jalur jalan kehidupan saya, paling tidak sampai ikatan dinas 2n+1 saya berakhir


Jujur, saat ini saya merasa fatique, penat dan bosan dengan kehidupan saya sebagai PNS. Mohon maaf bagi rekan-rekan saya sesama PNS, sekali lagi saya tidak bermasalah dengan anda semua, saya cinta anda semua dan sedang berdjoeang seperti anda-anda semua Yang saya penatkan adalah behavior, sistem dan birokrasi yang ada di dalam institusi pemerintah. Biasanya yang menentramkan saya adalah sahabat saya yang lagi nongkrong di jerman, yaitu Made Wiryana yang sering mengatakan bahwa, yang paling gampang itu memang kalau kita memilih berdjoeang di luar, bebas dan tidak terikat. Penghargaan yang besar kepada rekan-rekan yang memilih berdjoeang di dalam institusi pemerintah, membuat inovasi serta perbaikan dari dalam.


Nah saya ingin menshare suatu ide, pandangan dan referensi sebelum saudara-saudara saya tercinta di seluruh Indonesia memilih untuk menjadi PNS. Tentu yang saya sampaikan ini masih bersifat subjektif, masih hanya analisa di satu atau dua institusi pemerintah, dan perlu satu langkah diskusi, survey atau penelitian yang komprehensif sebagai upaya objetifikasi ide. Poin-poin yang saya sampaikan di bawah juga masih bisa ditambahi, dikurangi, dihapus atau bahkan diturunkan kalau muncul desakan di sana sini Mudah-mudahan ide ini bisa jadi gambaran sehingga tidak ada lagi orang yang salah jalan menempuh jalan terjal dan mendaki menjadi PNS, padahal itu sebenarnya tidak cocok untuk dirinya.


Jadi menurut saya, sekali lagi “menurut saya”, PNS tidak cocok untuk orang-orang seperti di bawah:


1. Orang yang ingin melakukan perubahan, perbaikan, membuat inovasi baru dan berharap itu akan terimplementasikan dalam waktu cepat. Perubahan, perbaikan berjalan lambat karena sistem (baik dalam konotasi baik maupun buruk ) sudah berjalan sangat lama dan turun temurun. Anda mau nekat? anak kemarin sore dan pahlawan kesiangan adalah gelar abadi anda


2. Orang yang tidak suka melihat uang dan anggaran dipermainkan, diputar-putar dan dipatgulipat. Orang yang memandang bahwa permainan anggaran, permainan perencanaan kegiatan adalah kegiatan yang salah, penuh dosa dan akan mendapatkan balasan setimpal di akherat kelak. Perlu dicatat juga bahwa banyak juga ”PNS lurus” yang tidak menyadari bahwa beberapa fasilitas dan honor yang diterima adalah hasil subsidi silang dari kesemrawutan anggaran dan realisasinya.


3. Orang yang tidak suka sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana atau anggaran yang jauh-jauh hari telah ditetapkan. Dalam rencana anggaran tertulis beli komputer Rp. 20 juta, ternyata harga sebenarnya hanya Rp. 5 juta, dan akhirnya sisanya dipakai untuk keperluan lain yang di luar rencana (honor, tunjangan, beras atau minyak goreng untuk karyawan).


4. Orang yang tidak tega memalak teman-temannya yang menjadi rekanan bisnis institusinya, dengan meminta kuitansi seharga Rp. 50 juta, padahal nilai pengadaan barang/jasa sebenarnya hanya seharga Rp. 25 juta. Si rekanan bisnis ini karena marginnya kecil, jadi ngemplang pajak, karena memang dia tidak menerima duwit sebesar itu. Perusahaannya bangkrut karena nggak kuat bayar pajak, akhirnya dia buat perusahaan lagi dan ngurus jadi rekanan lagi. Muter-muter terus coi …


5. Anak muda yang cerdas, berwawasan dan bisa mengeluarkan dan merangkumkan ide (pendapat) yang lebih brilian dan strategis daripada eselon diatasnya (eselon 4, 3, 2, 1) atau bahkan seorang menteri. Si anak muda ini ketika bertemu dengan bos yang tidak tepat akan disebut bahwa idenya terlalu strategis dan kurang tepat dengan golongannya yang rendah dan cocok untuk permasalahan teknis


6. Orang yang tidak suka dirinya dan hasil kerjanya dinilai hanya dari absensi. Atau lebih lagi bagi orang yang tidak bisa kerja kalau sebelum kerja harus njeglok mesin absensi Apa yang anda perbuat, membuat proposal setebal kamus oxford, kerja lembur sampai subuh, membuat kerjasama dengan institusi atau organisasi di luar negeri, atau mengharumkan nama institusi karena anda berprestasi di luar, semua tidak akan dipandang kalau absensi anda jeblog. Kalau anda protes, maka anda akan diminta membaca UU No 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan PP No 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Kalau perlu bacanya sambil nyungsep di laut saja mas …


7. Orang yang merasa kurang apabila bekerja sehari hanya 4 jam. Karena kemungkinan anda akan datang jam 8 pagi, njeglok absen, sarapan pagi sambil ngobrol sampai jam 10. Istirahat siang jam 12, kembali ke kantor jam 13:15, dan adzan sholat ashar jam 15:15 merupakan bel pulang kantor.


8. Orang yang memiliki jiwa enterpreneur dan selalu melihat segala peluang sebagai peluang yang kemungkinan bisa menjadi bisnis. Ketika jiwa enterpreneur ini diimplementasikan di tempat yang tepat hasilnya akan positif, tetapi apabila diimplementasikan di institusi pemerintah tempat bekerja, bisa jadi sumber korupsi yang maha dahsyat dan mengerikan. Orang ini diharapkan ketika melihat berjubelnya pendaftaran PNS dan mendengar keluhan 4 juta PNS di Indonesia tentang gaji mereka yang rendah selalu berpikir untuk mempunyai perusahaan dan bisa membuka lapangan kerja baru bagi 4 juta orang di Indonesia. Mungkin posisi itu lebih tepat.



Saya yakin bahwa sebagai anak bangsa , baik posisi kita ada di dalam maupun di luar institusi pemerintah, kita ingin dan sama-sama berdjoeang membuat republik kita ini lebih baik, lebih maju, lebih sejahtera dan disegani bangsa-bangsa lain. Seperti yang sudah saya sitir diatas, kadang PNS bukanlah pelaku, tetapi sebenarnya juga menjadi korban. Masih banyak “PNS-PNS lurus” yang siap melakukan perbaikan di negeri ini. Mari kita melakukan perbaikan semampu kita, baik dengan lisan, hati maupun dengan tangan. Dan jangan lupa untuk mensyukuri segala nikmat dan keadaan yang sudah Allah berikan kepada kita

Putriii, jangan menangis...Hapus air mata di wajah manis mu.... *sambil belai kepala anak kecil*