Wednesday, November 24, 2010

Hari ini, kulepaskan dari hatiku

Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku.



Kenapa…?


Aku mundur atas peperanganku…
Bukan karena aku telah kalah…
Bukan karena aku telah patah dan menyerah…
Bukan karena aku takut dan seorang pengecut…


Tetapi ketahuilah………..

(Waktu diputar kembali menuju 4 tahun yang lalu)

Pagi yang indah dengan cahaya matahari kuning keemasan menerangi teras kampus biru ku. Tampak senyum manis dari wajah ayu, serasi dengan kain penutup kepala berwarna hijau muda yang dipakainya, memberikan kebahagiaan pada seseorang berkulit agak gelap kecokelatan hingga pipinya memerah. Semoga dia dapat menjaga putihnya hati. Demi matahari dan cahayanya dipagi hari. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa itu.



Apa yang kulihat dan apa yang dirasakannya saat itu, sungguh tak ada yang merencanakan. Apalagi membuat skenario gerak, akting dan mimik buatan seperti aktor dan aktris di televisi. Semuanya kejadian alamiah yang alur nya sudah tertulis indah di Lauhul Mahfudz oleh sang Khalik.



Masih kuingat senyumnya waktu itu yang penuh dengan butiran partikel cinta. Memberikan ion-ion keindahan berupa katalis aneh membuat hormon dalam tubuhku tidak seimbang. Aihh, I’m falling in love at first sight.



Siapa dia???



Saat itu Operating System otakku tak dapat berjalan dengan lancar. Memory tentang dirinya terlalu besar, membuat transfer data daya ingat di pikiran ku agak lambat. Perlahan aku mulai menjalankan program-program di sel-sel otakku untuk dapat memvisualisasikan wajah seseorang yang pernah aku kenal....Siapa dia????



****



Aku mengenalnya sebagai teladan. Yah, dialah yang memberi inspirasi adik-adiknya. Siapa yang tak kenal dirinya. Selain santun dan ramah, dia juga pribadi mandiri dan cerdas diantara temannya. Karena sifatnya itulah - yang juga low profil - tetapi tetap peka terhadap lingkungan membuat dirinya lain dibandingkan teman-temannya. Kecantikan wajahnya memang kalah dengan wanita yang pernah dekat denganku, tetapi kecantikan hatinya meluluhkan hatiku yang kerasnya seperti batu.



Aku jadi sedikit makan dan sedikit tidur karena selalu terbayang dirinya. Itu karena benih cinta yang dia semai telah mengakar dihatiku sehingga aku selalu merasa berbunga-bunga. Aku sendiri tak cukup pandai menterjemahkan formulasi dari empiris cinta yang dia reaksikan padaku. Dia sangat pandai menggabungkan unsur kesedihanku dengan molekul perasaan dan perhatiannya sehingga aku hanya dapat mengkonversikan segala perhatian darinya dengan dimensi yang bernama cinta.



Jika saja aku tahu koordinat cinta dalam hatinya, akan kupancang dalam-dalam pondasi kepercayaan dan kasih sayang, agar aku menjadi pelabuhan cintanya di dermaga kehidupan.



dan



Dia itu adalah dirimu………



Namun semua berubah



Aku seperti kejatuhan langit yang runtuh ketika membaca komposisi huruf yang terintegrasi dalam sebuah kalimat pernyataan bahwa kau telah mencintai lelaki lain. Bahkan kau telah mengambil hati calon mertua mu.



Ouhh, tidak…



Data-data berupa ingatanku masa kini mundur kemasa lalu menampilkan kembali cuplikan-cuplikan hitam dan putih kehidupanku.



Ingat saat pertama mengenal dirimu..

Ingat saat ada kebahagiaan pada senyumanmu yang penuh dengan tanda cinta

Ingat saat kata bijak, semangat,dan perhatianmu membuat motivasiku jadi berlipat-lipat…

Ingat saat keteladanmu memberikan solusi dan motivasi dari sebuah problemantika…

Ingat saat aku memutuskan untuk tidak menerima dua wanita yang mencintaiku, padahal saat itu aku ragu-ragu hingga membulatkan tekad untuk mencintai dirimu saja…

Ingat saat membuat pernyataan yang membuat mengalirnya airmata kesedihan dari wanita. …

Berdosakan diriku telah menyebabkan lelehnya airmata wanita…

Ingat saat mengetikkan sebuah pesan berupa keberanian bertanya perasaanmu kepadaku kemudian mengirimkannya padamu…

(data-data lainnya berjalan begitu cepat dan akhirnya aku tersadar)


"aku masih mampu mencintaimu. Namun, untuk memaksakan diri supaya apa yang kau sebut 'cinta' itu mewujud dalam sebuah penyatuan, maka kaki-kaki keseimbangan akan runtuh. Seperti halnya benda langit yg terbakar saat mendekati bumi, atau bintang-pintang pijar yang bertubrukan"1

Walau kau belum resmi mengganti statusmu dengan ikatan pernikahan. Tetapi sebuah suar yang kau sulut di samudera mimpi itu, membuyarkan impianku mengarungi bahtera kehidupan dengan mu.



Tak mungkin ….



Karena mencintai orang yang dinikahi adalah kewajiban. Sedang menikahi orang yang dicintai hanyalah kemungkinan.

Oleh karena itu, mulai saat ini, Mulai hari ini kulepaskan kau dari hatiku.





(*)(*)(*)





Catatan

1 : pernyataan bertanda "1" adalah kutipan dari sebuah novel, tp lupa judulnya apa



Cerita diatas untuk diikutkan pada lomba: http://www.facebook.com/note.php?note_id=476210488648&id=1073353700

Mohon maaf jika ada beberapa pihak yang merasa kejadian ini anda lah tokoh utamanya, sungguh karena keterbatasan pengetahuan penulis untuk editing dan sensor minim sekali. hehe

No comments:

Post a Comment