Sunday, December 27, 2009

Cerita pertamaku..(7 Sahabat karib)


Pagi itu cahaya matahari “kuning keemasan” menerangi selasar teras "kampus biru" ku. Tampak senyum manis dari wajah yang selaras dari kain penutup kepala"hijau" muda, memberikan kebahagiaan pada seseorang berkulit agak “kecokelatan"…….hingga pipinya “memerah". Semoga dia dapat menjaga "putihnya hati”….apa yang kulihat dan apa yang dirasakannya saat itu, sungguh tak ada yang merencanakan dan tak terlintas untuk berniat melakukannya..

Berawal dari sebuah angan, mimpi dan tekad kuat untuk menggapai cita, menuai asa untuk keinginan mulia. Berangkat dari sebuah kampung kecil yang telah mengiringi masa-masa kecilnya hingga saat itu, kampung kecil itu bersiap untuk melepas seorang “asset miliknya”. Dan Seakan membisikkan kembalilah saat kau telah siap untuk pengabdian dan baktimu pada kampung halaman.

Cium hangat dan belaian kasih sayang saat pamit melepas kepergian anaknya. Mereka sungguh tak mengerti tentang apa yang akan dijalani anaknya. Mereka berdua hanya lulus sekolah dasar, pekerjaan mereka pun jauh dari kata intelektual. Anaknya itu pun adalah anak pertama yang dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi dibandingkan kakak-kakaknya yang lain.

……………………………….

Tiba dikota pelajar

Entah apa yang kurasakan saat pertama datang ke kota ini, seakan bisikkan dalam hati bahwa kota inilah yang merubah hidupnya…Entah kebaikan atau keburukan, hanya waktu yang mampu menjawabnya. Saat itu juga aku berdo’a agar bisikkan itu membawa aku pada sebuah kebaikan.

Tinggal disebuah rumah kontrak bersama delapan orang sahabat karibku walau akhirnya menjadi tujuh, karena satu orang pergi untuk mewujudkan citanya untuk pendidikan yang siap untuk mengabdi pada negara. Delapan adalah angka yang besar dan lebih kompleks permasalahannya…seperti keluarga besar, menyatukan tujuh orang kepala bukanlah perkara yang mudah.

Dirumah yang ukuran nya lebih kurang 36 m2 itu, cukup memberikan kesan dan arti tentang persahabatan. Semua hal menyangkut kesejahteraan bersama harus dirundingkan, dibicarakan baik-baik. Tenggang rasa, berprasangka baik, tolong menolong, menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain merupakan sikap yang minimal harus dimiliki setiap kepala..berbagai konflik, permasalahan, salah faham, salah pengertian sering terjadi disebuah rumah yang hanya terdiri dari 3 kamar dan 1 kamar mandi.

Salah satunya…
Saat itu semua teman-teman masuk kuliah pada pagi hari dijam yang sama,, bak air dikamar mandi hanya kurang lebih berisi 1 meter kubik air, sedangkan sumber air kami adalah sebuah sumur yang mesti diambil dengan menggunakan pompa air listrik. Parahnya saat itu listrik sering mati karena pemadaman bergiliran. Membagi air 1 m3 air untuk tujuh orang bukanlah perkara mudah. Apalagi beragam keperluan setiap orang jika berada dalam ruangan 2x1,5 meter itu…

Jika dihitung secara matematis, ketersediaan air dalam bak itu cuma cukup untuk 2 orang. Susah memang dan memang susah. Saat inilah kebesaran hati, kelapangan dada, keikhlasan menerima harus ditanamkan dalam-dalam.. yang inisiatif tentu bangun pagi lebih awal untuk mendapatkan ketersediaan air 1 m3…yang bangun kesiangan atau yang terakhir harus siap-siap menerima kenyataan, berangkat kuliah tidak mandi…hahahahahaha….lebih parah lagi jika ada salah satu atau beberapa diantara mereka, menahan diri untuk dapat melaksanakan rutinitas biologis mereka****ikhlas dan menghargai orang lain adalah kata kuncinya. Untungnya kami semua sudah bisa dan saling berbesar hati untuk semua permasalahan ini.

Semester pertama nilai IPK ku boleh dikatakan biasa-biasa saja, kurang 0,06 untuk mencapai hasil yang memuaskan. Tentu saja aku merasa kecewa seharusnya aku bisa lebih dari itu. Nilai minor itu merupakan efek domino dari belum terbiasanya aku membagi waktu untuk belajar karena sering bersenang-senang dan main-main dengan ke 7 sahabat karibku.

Kebiasaan begadang untuk permainan yang tak ada hasil hingga kesulitan belajar karena terganggu oleh keributan dari permainan teman-teman. Mengerjakan tugas saat-saat detik terakhir dan belajar cuma di 2 jam terakhir menjelang ujian itupun tidak efektif karena harus mencari dan fotokopi bahan dulu. Catatan saat dosen menjelaskan ngga punya, so didalam ruang ujian celingak-celinguk kayak kambing mau kawin..

Hingga saat itu kami punya motto (ngga boleh dikuti dan ditiru)..”kalau ada hari esok buat apa dikerjakan hari ini”……….dan hasilnya delapan orang dalam rumah berdinding beton warna cream tersebut termasuk aku tak ada yang mencapai angka memuaskan…. Yang membuat aku sedih adalah ada satu mata kuliahku yang mendapat nilai “D” dan aku harus mengulangnya lagi…

Saat mengevaluasi diri, aku teringat dirumah, teringat bayangan wajah kedua orang..hingga tak sadar airmata keluar begitu derasnya..tak bersuara memang, tapi memory dikepala begitu membuat hati sedih membayangkan perjuangan orangtua dirumah dan ditempat kerja, membanting tulang, memeras keringat dan sering mengorbankan miliknya hanya untuk membiayai aku disini untuk belajar. Sedangkan aku disini jauh dari kata itu, menyesal selalu datangnya belakangan dan belum ada kata terlambat bagiku.

Bersambung……….
Belajar membuat cerita…
Mohon masukan, kritik dan saran…
Karena ini cerita pertama…

Komen kalian akan mempengaruhi cerita selanjutnya…hehe

24122009_10:00

6 comments: