Wednesday, December 1, 2010

[Perjalanan] Hurry up November Rain.

Hai buku kecilku, izinkan aku bercerita banyak tentang perjalananku kemarin. Banjarmasin - Balikpapan - Tarakan - Tanjung Selor adalah Kali pertamaku menjalani perjalanan melintasi ketiga unsur dibumi sekaligus.

Perjalanan Darat-udara dan laut lebih dari 30 jam non stop. Dan ternyata 30 jam itu bukanlah akhir dari perjalanan (dinas) ku kemarin. Karena aku harus mengunjungi beberapa titik-titik lokasi dibeberapa kecamatan yang ada di kawasan kekuasaan Kesultanan Bulungan.


Sebelumnya aku sangat bahagia saat diberi tahu akan ditugaskan untuk mengunjungi kota yang diwacanakan akan menjadi Ibukota Kalimantan Utara tersebut. Karena impian untuk mengeliling semua kota diIndonesia khususnya pulau Kalimantan sedikit demi sedikit telah terealisasi. Sebelumnya aku sudah pernah menceritakannya  pada dirimu tentang kota Balikpapan-Bontang dan Sangatta beberapa waktu lalu (linknya).


Mengawali hari pertama hingga hari ketiga dibulan November aku bertualang ke beberapa kota penting di Kalimantan Timur. Perjalanan panjang kuawali pada penghujung bulan oktober. Berangkat dari Banjarmasin menuju Balikpapan menggunakan Bis (Pulau Indah) jam 2 siang. Walau hanya hujan yang mengantar keberangkatanku, tak mengurangi semangat diriku untuk menjemput keping-keping impian. Sebenarnya ada sih, perjalanan udara(pesawat) dari Banjarmasin-Balikpapan, bahkan ada 3 maskapai penerbangan yang menyediakan transportasi ke kota minyak tersebut. Namun aku harus memperhitungkan jadwal keberangkatan kapal cepat -biasa disebut speed- dari Tarakan menuju Tanjung selor.

Sebenarnya ada Pesawat dari Banjarmasin-Balikapapan-Tarakan yang nyambung (connect), yaitu Banjarmasin-Balikapapan (Batavia 11.15, Mandala 13.15, Sriwijaya 14.40) dan dari Balikpapan ke Tarakan menggunakan Sriwijaya air 18.10-19.10). Tetapi diperkirakan tidak akan ada kapal lagi pada jam (19.10) tersebut. Aku juga tak mau buang-buang waktu untuk bermalam (menginap) di kota Tarakan. Akhirnya bus lah jalan terbaik untuk digunakan walau harus duduk manis selama 12 jam. Huhhff, capek itu sudah pasti.

Whuaa….ternyata aku tiba di Balikpapan pukul 5 pagi. Itu artinya aku kepagian datang ke Bandara Sepinggan. Padahal schedule pesawat ku menuju Tarakan pukul 11.15 siang pake lionair. Yahh, tak ada jalan lain selain tidur di emperan-bangku2 kosong Bandara. Malu sih tak dihiraukan lagi, Cuma takut sama petugas security aja, karena dikira ada artis yang ketiduran di airport.hehe


Waktu itu sungguh relative. Kadang bisa cepat berlalu, kadang terasa sangat lambat. Ketika diliputi perasaan yang menyenangkan waktu selalu saja cepat habis, tetapi selama masa kesedihan-kesepian-dsb- waktu berjalan begitu lambat.


Akhirnya setelah menunggu -bosan pergi- selama 5 jam sendirian sambil nyuri-nyuri kesempatan tidur di kursi yang sudah diduduki ribuan orang, flight from Balikpapan to Tarakan segera berangkat. Tas punggung yang sebelumnya ringan terasa sangat berat . Hampir bertambah 2 kali lipat beratnya. Ahh mungkin “halusinasi” aku saja.

Inilah waktu yang tepat untuk mengistirahatkan mata dan badan sudah merintih meminta istirahat. Satu jam terlelap begitu sangat berarti dalam perjalanan ini.

Akhirnya aku tiba dibandara Juwata, sempet bingung juga sih waktu dipesawat pramugari menyampaikan bahwa dalam beberapa saat lagi akan sampai di bandara Juwata kota Tarakan. Aku samar-samar mendengar bandara juwata itu seperti bandara juanda. Loh, kok sama dengan bandara di Surabaya pikirku saat itu. Maklum saat dipesawat kadang telingaku (mungkin juga kalian) sedikit terganggu akibat tekanan udara.

Ouuhh, seperti ini ternyata bandara di Tarakan. Jika dibandingkan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, bandara Juwata sedikit lebih kecil. Ruangan check-in, waiting room dan baggage claimnya kecil dan sederhana. Bangunannya terlihat ‘agak’ tua. Landasan pacunya juga tak terlalu rumit seperti di Soekarno Hatta dan Juanda. Maklum pesawat besar yang hilir mudik dibandara ini Cuma ada beberapa.  Tujuannya pun tak  sekomplit Balikpapan.  Walaupun ada juga penerbangan tujuan langsung dari Jakarta. Setelah turun dari pesawat aku dan penumpang pesawat lainnya pun harus berjalan kaki kurang lebih 500 meteran menuju bangunan bandara. Lumayan…hehe


Dan ternyata aku sudah dijemput dan diajak makan siang, maklum bersama bos sih. Walaupun memudahkan, dijemput mengurangi essensi bertualang diriku. Tentu saja, karena aku tak dapat merasakan sensasi berkeliling, tersesat, foto-foto, dan berdialog dengan petugas dan orang-orang untuk sekedar bertanya dimana toilet atau apa saja tentang Kota Tarakan.


Awalnya sempat heran dengan pekerja di RM ini. Karena mereka pake baju bola kebanggaan orang Malang. Yah, betul sekali mereka kompak pake baju tim singo edan (Arema). Kata bapak yang menjemputku, katanya mereka memang penggemar arema. Bahkan pemain-pemain arema dan juga artis ibukota sering mampir kerumah makan ini. Wew..


Setelah kekenyangan dan berkeliling sebentar di kota Tarakan, dan mencari tahu apa penyebab konflik yang beberapa waktu lalu sempat membuat penduduk setempat was-was, aku langsung diantar menuju dermaga tanjung (selor). Persis pukul 15.30 perahu cepat-Speed- menuju tanjung selor berangkat. Saat itu aku menaiki speed Limex dengan harga 80 ribu rupiah. Harga segitu cukup wajar mengingat speed ini menggunakan 3 mesin/motor yang membuat kapal ini lebih cepat daripada kapal-kapal lain.


Sempat pusing juga sih saat menunggu kapal berangkat selama 15 menit. Keringat mulai bercucuran, maklum hari itu panas sekali dan aroma tubuh manusia berbaur antara yang harum hingga…tak usah disebut lah.

Syukur Alhamdulillah perjalanan laut yang kupikir akan membosankan ternyata menyenangkan. Aku disuguhi pemandangan pulau-pulau kecil sejak menyeberang dari pulau tarakan menuju tanjung selor. Seperti melewati semak belukar dan pohon-pohon bakau. Sesekali terlihat beberapa pegunungan yang jauh dipelupuk mata.
(Gambar diambil dari kapal (speed) terlihat pulau Tarakan dari kejauhan)


Tahukah kamu, ternyata Tarakan itu adalah pulau kecil yang terpisah dari pulau Kalimantan. Letaknya pun sedikit diatas atau ke utara. Hooo..pantas saja aku diceritakan kalau perjalanan ke dari Tarakan ke Tanjung selor itu seakan seperti berbalik kembali. Atau dengan penjelasan lain begini nih. Dari Balikpapan menuju Samarinda trus sampai di Bontang, lanjut ke Sangatta dilanjutin lagi Tanjung Redeb dan diujung ketemu tanjung selor. Itu kalau perjalanannya full transportasi darat dan memerlukan waktu yang tidak sedikit alias lama.


Kurang lebih satu jam lebih 30 menit akhirnya aku tiba di dermaga/pelabuhan (lupa namanya) Tanjung selor. Disinilah tempat orang-orang hilir mudik pulang-pergi menuju atau kembali ke Pulau Tarakan. Letaknya agak jauh dari kota Tanjung selor. Waktu itu aku menghitung kurang lebih 10 menit perjalanan menuju pusat kota. Sebenarnya ada juga pelabuhan lain yang letaknya berada persis dipinggir kota tapi pelabuhan tersebut digunakan sebagai dermaga untuk kapal barang.


Karena sudah mulai gelap, aku langsung saja diantar ke sebuah hotel yang lokasinya tidak terlalu jauh dengan kantor. Wew, ternyata aku menginap di hotel yang terlalu megah untuk ukuran kota Tanjung Selor. Wah-wah…bangunan hotelnya sih tidak terlalu besar dan menjulang tinggi. Tetapi interior dan unsur-unsur bangunan sedikit mewah. Kenapa aku mengatakan terlalu megah, karena menurut sumber yang aku terima dari driver dan warga setempat, jarang sekali ada wisatawan asing dan luar daerah yang berkunjung ke Tanjung Selor. Selain itu Tanjung Selor juga bukan kota bisnis seperti kota Tarakan. Jadi agak terlalu berlebihan mendirikan bangunan hotel mewah sedang pengunjung/tamu yang datang bisa dihitung dengan jari.

Ahh, aku sih mikir yang positif aja. Mungkin si pemilik melihat ada potensi dimasa depan sehingga menginvestasikan hartanya ke hal-hal yang bermanfaat. Oke juga sih.


Karena ini adalah perjalanan dinas, maka tak satupun foto-foto atau gambar bagus tentang Tanjung selor yang aku ambil. Yang ada hanya, melulu gambar-gambar bangunan kuno, rusak, kantor yg tak memadai, bangunan yang akan dibangun, yang memenuhi memory camera. Huhhhhfff…


Padahal waktu di Tanjung Selor aku berkeliling ke beberapa kecamatan. Tanjung Palas yang dipisahkan oleh sungai besar dan merupakan pusat kesultanan Bulungan adalah kecamatan pertama yang kukunjungi. Nuansa kerajaan masih kental didaerah ini. Terlihat dari bentuk, corak dan gaya bangunan dari rumah penduduk. Hampir 100 % material bangunan dari Kayu-kayu besar. Kulihat balok-balok nya rata-rata dengan ukuran 10 x 10 cm. Eits, ada istana kesultanan Bulungan lho dikecamatan ini. Ini nih tempat yang sayang banget tidak sempat ku ambil gambarnya. Waktu itu cuaca sedang hujan dan berbarengan dengan kegiatan MTQ tingkat kecamatan sehingga tak sempat satupun gambar yang didapat kecuali foto didepan salah satu Unit Kerja tempat ku bekerja.

(Gambar Istana Bulungan diambil dari sini. Kebetulan apa yang kulihat waktu itu tak ada perbedaan yang berarti dengan gambar ini)

Daerah selanjutnya dan yang paling menarik adalah Panca Agung. Kenapa jadi menarik?? Karena aku diharuskan menempuh perjalanan dengan medan yang turun naik gunung, membelah bukit hingga menyusuri jurang-jurang terjal. Sepuluh menit pertama perut agak mual dan kepala pun sedikit pusing. Setelah menit berikutnya hingga 2 jam berikutnya perjalanan dapat kunikmati karena disisi kiri kanan jalan penuh dengan pemandangan yang menakjubkan. Beberapa titik sedikit berkabut dan tertutup rimbunnya pepohonan yang menjulang tinggi.

Lagi-lagi aku sangat menyesalkan tak dapat mengambil beberapa landscape indah itu. Apalagi satu mobil dengan bos besar, jadi agak sungkan kalau mampir untuk sekedar foto-foto pemandangan.

(ceritanya, sedang menulis dibuku harian..hehe)

No comments:

Post a Comment