Sunday, February 7, 2010

[Perjalanan] seri 1 Pesona keanggunan Dewi Shinta (Prambanan)


 Monday, February 1, 2010 at 7:15pm

Menaiki Burung besi jenis MD-90 sebuah maskapai penerbangan dengan ciri singa merah, saya dan rombongan menuju ke kota yang terkenal dengan makanan nasi kucingnya. Sebelumnya transit dulu ke Surabaya. Diantara rombongan kami ini ternyata hampir semuanya belum pernah melakukan perjalanan udara. Sehingga saya tak heran melihat mereka-mereka yang terlihat diam dan pucat sepanjang perjalanan.

Beruntunglah mereka yang dalam 72 jam refreshing ini langsung naik 4 pesawat sekaligus. Artinya mereka langsung merasakan pesona terbang diatas udara. jadi tak ada kemacetan maupun nunggu lampu hijau atau mampir ke SPBU terdekat.kwkwkwk. Dalam perjalanan udara ini ada kisah unik yang saya alami. Ketika kami transit di juanda dan bersiap lepas landas menuju Adi Sucipto, Kami dengan pasukan 30 orang dan penumpang lainnya merasa sangat kecewa menunggu. Karena selama hampir satu jam dalam pesawat terkekang oleh sabuk pengaman pesawat ini tak jua menandakan akan melakukan lepas landas atau dalam bahasa orang bulenya: take off.

Kekecewaan bertambah dengan panasnya suhu dalam ruangan pesawat karena Air Conditioner-Pendingin udara tak berfungsi aktif karena kondisi pesawat yang tak hidup.

Sampai akhirnya kesabaran salah satu penumpang habis dan menanyakan kepada cewek2 cantik yang dengan busana seragam dan rapi.

Mbak..kita semua sudah boarding lama, kok pesawat ga menunjukkan tanda-tanda mau berangkat, ya??? Tanya salah seorang penumpang kesal.

Dengan memasang senyum yang sopan dan ramah Pramugari itu menjawab :

Sebentar ya pak..ada beberapa penumpang pesawat ini tersesat di bandara. Mereka penumpang pesawat yang transit dan kemungkinan salah naik pesawat pak.

“Yah, kalau Cuma beberapa orang, kenapa tak kita tinggal saja mbak!!!. Kita semua dalam pesawat ini kan masing-masing juga punya kepentingan. Dan jumlahnya tak kurang dari 100 orang. Masa mengorbankan kepentingan orang banyak demi beberapa orang”.

Kali ini bapak menandakan kemarahannya. Dan penumpang lain pun ikut menggerutu dengan keadaan dalam pesawat sekarang.

Pramugari yang cantik itu Cuma bisa diam.
Sambil tersenyum kecil didalam hati, saya memandang wajah ramah dan kebingungan pramugari cantik itu (eiittsss, pandangannya tak menimbulkan gejolak nafsu lhoo. Pandangan pertama itu rezeki, selanjutnya terserah anda, kwkwkkwkkkw).

Puncaknya sepuluh orang tergopoh-gopoh berjalan digang kursi penumpang antara jalur Charlie © dan Delta (D) menandakan baris penumpang dalam pesawat. nafas mereka ngos-ngosan seperti habis berlarian 10 kilometer.

Kelelahan mereka ditambah dengan sorakan sinis, mencemooh kedatangan mereka yang dianggap sebagai penjahat kelas kakap yang mencuri waktu penumpang lain satu pesawat.
Seperti kambing kebingungan, celingak-celinguk, bolak balik, salah tingkah, grogi dan bertopeng malu. Penumpang mencari tempat duduk dan mencari ruang kosong cabin pesawat.

Bisa kalian bayangkan kesalahan yang dibuat penumpang ini, dibayar mahal dengan hukuman psikologis yang diterima nya. Saya yakin mereka tak berbuat sengaja dan kita lihat mereka nampak begitu penyesalan.

Dengan mata berkaca-kaca menandakan Jera mereka tak ubahnya seperti narapidana yang dihukum karena membunuh tujuh turunan sebuah keluarga. Tapi bagaimana dengan penjahat berdasi yang mencuri uang negara dan menyengsarakan lebih dari 200 juta jiwa bangsa ini.

Menginap di Hotel PRODEO berbintang lima. Sepertinya nama kurungan menjadi sebuah kemanjaan atas keserakahan.

*****

Tiba di kota gudeg sekitar jam 9.00 malam waktu setempat, rombongan kami dijemput bus pariwisata dengan fasilitas VIP. Service number wahid penyedia jasa tour membuat wisata kami benar-benar menyenangkan walaupun akhirnya merasa kecewa karena waktu yang terbatas.
Berkeliling malioboro hingga pasar Beringharjo yang terkenal sebagai sentra batik di jogja.

Malam kedua di pulau Jawa kami semua diundang untuk menikmati keanggunan candi Prambanan yang bertinggi 47 meter atau 5 meter lebih tinggi dari borubur. Lampu sorot sengaja di hidupkan dimalam ini menambah cantik Candi yang di buat pada abad ke-10 ini.

Malam mingguan kami, di suguhi pentas Sendratari Ramayana, seni pertunjukan yang cantik, dan mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana, epos legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa sansekerta.

Awalnya saya kurang yakin dapat menikmati jalan cerita Ramayana ini. Karena seluruh cerita disuguhkan dalam rangkaian gerak tari dengan diiringi musik gamelan yang dibawakan oleh para penari yang rupawan (apalagi pemeran sintha nya cantikkk euuyyy sayang saya tak sempat berkenalan dengannya.weleh-weleh).

Tak ada dialog yang terucap dari para penari, satu-satunya penutur adalah sinden yang menggambarkan jalan cerita lewat lagu-lagu dalam bahasa Jawa dengan suaranya yang khas. Namun perlahan kami dan penonton semua di hipnotis oleh setiap gerakan para penari untuk mengetahui jalan cerita. Sehingga saya diajak untuk benar-benar larut dalam cerita tersebut.

Cerita dimulai ketika Prabu Janaka mengadakan sayembara untuk menentukan pendamping Dewi Shinta (puterinya) yang akhirnya dimenangkan Rama Wijaya. Dilanjutkan dengan petualangan Rama, Shinta dan adik lelaki Rama yang bernama Laksmana di Hutan Dandaka. Di hutan itulah mereka bertemu Rahwana yang ingin memiliki Shinta karena dianggap sebagai jelmaan Dewi Widowati, seorang wanita yang telah lama dicarinya.

Untuk menarik perhatian Shinta, Rahwana mengubah seorang pengikutnya yang bernama Marica menjadi Kijang. Usaha itu berhasil karena Shinta terpikat dan meminta Rama memburunya. Laksama mencari Rama setelah lama tak kunjung kembali sementara Shinta ditinggalkan dan diberi perlindungan berupa lingkaran sakti agar Rahwana tak bisa menculik. Perlindungan itu gagal karena Shinta berhasil diculik setelah Rahwana mengubah diri menjadi sosok Durna.

Di akhir cerita, Shinta berhasil direbut kembali dari Rahwana oleh Hanoman, sosok kera yang lincah dan perkasa. Namun ketika dibawa kembali, Rama justru tak mempercayai Shinta lagi dan menganggapnya telah ternoda. Untuk membuktikan kesucian diri, Shinta diminta membakar raganya. Kesucian Shinta terbukti karena raganya sedikit pun tidak terbakar tetapi justru bertambah cantik. Rama pun akhirnya menerimanya kembali sebagai istri.

Anda tak akan kecewa bila menikmati pertunjukan sempurna ini sebab tak hanya tarian dan musik saja yang dipersiapkan. Pencahayaan latar dan panggung nya pun disiapkan sedemikian rupa sehingga tak hanya menjadi sinar yang bisu, tetapi mampu menggambarkan kejadian tertentu dalam cerita. Begitu pula riasan pada tiap penari, tak hanya mempercantik tetapi juga mampu menggambarkan watak tokoh yang diperankan sehingga penonton dapat dengan mudah mengenali meski tak ada dialog.

Sesekali cerita diselipkan humor tampak dari gerakan penari, membuat penonton tak mau kehilangan sedikitpun alur cerita

Diakhir cerita session pertama, Hanoman yang berperawakan kekar dengan tubuh berbulu putih lebat, sesekali menggoda penonton wanita (yang tak lain dan tak bukan adalah teman saya, jangan sampae terbawa mimpi ya yul???), membuat teman saya itu histeris ketakutan karena digoda hanoman yang berwajah sangar. Semua penonton bersorak sorai menertawakan kejadian unik itu. Membuat teman saya itu takut bukan main hingga saat pulang menuju hotel.

Dan sekali lagi, kami dan rombongan menyayangkan keterbatasan waktu kami untuk menikmati keseluruhan jalan cerita, karena kami harus kembali ke hotel karena rombongan ibu-ibu tak ingin kehilangan kesempatan jalan-jalan dan shopping batik di sepanjang malioboro dan pasar beringharjo. Walaupun akhirnya saya dan teman2 tak sempat belanja oleh-oleh juga keburu para pelaku pasar yang sudah tutup.

Sebenarnya banyak kisah yang mestinya saya ceritakan, namun saya tak ingin membuat pembaca sekalian bosan dengan catatan perjalanan saya yang ngga karuan dan tak terkonsep dengan matang (maklum amatiran). Mudah2an saya dapat merangkum semua catatan perjalanan saya ke Jogja di catatan saya selanjutnya. Bersambung nih ceritanya.

Kesan perjalanan kemarin, yang saya dapatkan adalah ternyata Indonesia itu kaya dan sangat indah. Apalagi dengan kota Jogja yang menggambarkan kerajaan sejarah masa lalu masih terbungkus indah oleh pesonanya.

Aku akan selalu merindukanmu Jogjakarta…..

 

No comments:

Post a Comment